REPUBLIKA.CO.ID,PARIS -- President Religion for Peace Asia and Pacific Interfaith Youth, Dahnil Anzar Simanjuntak mengatakan islamofobia meningkat setelah serangan terorisme di 3 tempat di Paris. Masyarakat Eropa dan berbagai tempat seperti di Amerika Serikat menjadi negara yang paling tinggi atmosfer islamofobianya.
Menurut Dahnil, peran media Internasional yang cenderung memberikan labeling kepada Muslim dan Islam Sebagai teroris telah membentuk tatanan masyarakat Eropa dan Amerika Serikat menjadi sangat rasis khususnya kepada etnis Arab dan Islam. "Fakta ini sangat mengkhawatirkan, maka dibutuhkan peran lebih aktif muslim Indonesia Untuk menjawab berbagai tudingan terhadap Islam dan Muslim di dunia," kata Dahnil saat berbicara dalam acara Global Youth Interfaith Summit Religion for Peace di Paris, Prancis, Senin (30/1).
Mengapa dibutuhkan peran muslim Indonesia?, menurut Dahnil yang menjadi perwakilan tokoh muda Islam dari Asia dan Pacific menegaskan, Muslim Indonesia terbukti sangat representative Untuk menggambarkan wajah Islam yang rahmatan lilalamin. Di samping itu, publik di Eropa dan Amerika Serikat seringkali tidak mendapat gambaran lengkap tentang Islam di negeri lain, khususnya Indonesia.
Menurut Dahnil yang menjadi pemberitaan yang mereptesentasikan Islam selalu Timur Tengah atau negara seperti Bangladesh dan Pakistan, di mana sama sekali tidak bisa mewakili Islam di.dunia. "Maka peran kelompok civil seperti Muhammadiyah dan NU Serta tentu Pemerintah Indonesia sangat penting," ujar Dahnil yang juga ketua umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah ini.
Dahnil menambahkan, pemerintah bisa menggunakan diplomasi Islam yang rahmatan lilalamin kepada dunia untuk menangkal islamofobia, serta Muhammadiyan bisa bekerja di ranah people to people melalui networking, dan organisasi interfaith dunia seperti Religion for Peace dan lainnya.