REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) NTT menginformasikan sejumlah data kumulatif dari tahun 2005 sampai dengan 2015 jumlah penderita HIV-AIDS di provinsi kepulauan itu mencapai 3.700 jiwa yang tersebar di 22 kabupaten/kota.
"Dari jumlah tersebut pada tahun 2015 terdata jumlah pasien HIV berjumlah 1.743 orang sedangkan yang menderita AIDS sebanyak 1.957 orang," kata Kepala Pengelola Program KPA Provinsi NTT Gusti Brewon kepada Antara di Kupang, Senin (30/11).
Ia menambahkan dari jumlah yang ada tersebut, Kota Kupang didata memiliki jumlah penderita HIV-AIDS terbanyak dari 22 kabupaten/kota yang ada di NTT yang terhitung mencapai 744 orang sementara yang sudah meninggal mencapai 64 orang.
Posisi ke dua Kabupaten Belu dengan jumlah penderitanya mencapai 562 orang, sementara itu untuk Kabupaten Sikka menempati urutan ke tiga penderita HIV-AIDS untuk seluruh NTT dengan total penderitanya mencapai 464 orang.
"Jumlah tersebut merupakan data kumulatif, sementara data-data yang terbaru belum bisa kami kasih karena laporan dari setiap kabupaten tidak semuanya sinkron dengan jumlah yang mereka kirim," ujarnya.
Namun ia menyatakan jika dihitung secara per tahun jumlah penderita HIV-AIDS di NTT setiap tahun mengalami peningkatan, mulai dari 551 orang pada 2013 dan pada 2014 meningkat menjadi 579 orang penderita penyakit mematikan tersebut.
Kemudian dari sejumlah data yang diperoleh dari pihak KPA NTT diketahui bahwa jumlah penderita HIV-AIDS lebih banyak diderita oleh ibu rumah tangga dengan jumlahnya mencapai 840 orang, kemudian disusul pegawai swasta yang jumlahnya mencapai 661 serta petani yang mencapai 430 orang.
Lebih lanjut ia mengatakan banyaknya jumlah penderita HIV-AIDS di Kota Kupang tersebut dikarenakan masyarakat di kota kasih itu yang sudah peduli dan mengerti untuk memeriksa kondisi tubuh mereka. Disamping itu juga dibantu dengan banyaknya fasilitas kesehatan yang telah menyediakan peralatan untuk memeriksa penderita penyakit itu.
"Kalau di daerah lain kecil angka penderitanya, bisa saja bukan karena semuanya pada sehat, tetapi karena banyak yang tidak mau memeriksakan kesehatannya yang pada akhirnya kita tidak tahu," ujarnya.
Kalau di tiga Kabupaten/kota yang memiliki penderita HIV-AIDS terbanyak tersebut Gusti mengatakan sudah ada fasilitas kesehatan berupa tiga rumah sakit yang sudah memiliki pengobatan bagi para penderita HIV-ADIS.
Namun kendalanya di desa-desa pedalaman pihaknya sulit mendata karena kurangnya fasilitas kesehatan serta, fasilitas kesehatan yang jauh dari tempat domisili mereka.