Selasa 01 Dec 2015 15:23 WIB

Tata Niaga Tembakau Dianggap Masih Berantakan

Rep: Sonia Fitri/ Red: Winda Destiana Putri
Tembakau
Tembakau

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tata niaga komoditas tembakau dinilai masih berantakan, kompleks dan tidak berpihak pada petani kecil.

Rantai niaga banyak melibatkan pedagang kecil dan besar yang membentuk pasar oligopsoni yang tidak sehat. Akibatnya, petani sering kali tidak mendapatkan akses langsung untuk menjual hasil penennya kepada pabrikan atau pemasok sehingga harus mengandalkan para pengepul dan belandang.

"Nilai keuntungan yang seharusnya diterima petani sebagian besar akan hilang karena rantai niaganya terlalu panjang," kata Ketua Umum Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Soeseno dalam diskusi Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bertajuk "Masa Depan Komoditas Tembakau Dalam Badai Regulasi", Selasa (1/12).

Catatan APTI, produksi tembakau selama beberapa tahun terakhir masih di bawah 200 ribu ton. Sedangkan permintaan pasar telah mencapai lebih dari 300 ribu ton. Selisih tersebut terpaksa harus dipenuhi oleh impor.

Ia pun meminta agar pemerintah serius mendukung petani meningkatkan produktivitas. Caranya dengan melakukan penyuluhan dan pendampingan teknis pertanian, bantuan benih dan pupuk, pembangunan infrastruktur serta akses terhadap peralatan pertanian modern.

Pada 2015, lahan pertanaman tebu terhampar seluas 92.525 hektare dan menghasilkan 163.187 ton tembakau. Lahan tersebut tersebar dari Aceh hingga Sulawesi Selatan. Sementara, data dari Statistik Perkebunan Indonesia di Sekretariat Ditjen Perkebunan, tersebar delapan jenis tembakau dengan kekhasan masing-masing. Di antaranya Tembakau Madura tertanam di areal seluas 22.603 hektare dengan produksi 7380 ton.

Ada pula Tembakau Rajangan di atas areal 47.417 hektare dan jumlah produksi 33.162 ton. Jenis tembakau lainnya yakni Tembakau Jawa di atas lahan seluas 30.111 hektare atau 22.069 ton, Tembakau Burley di lahan seluas 1.260 hektare atau 1.731 ton dan Tembakau Virginia di atas lahan 35.095 hektare dengan produksi 46.055 ton.

Tiga jenis tembakau lainnya yakni Tembakau Besuki tertanam di atas lahan seluas 5.656 hektare dengan produksi 7.322 ton, Tembakau Kasturi seluas 13.241 dengan produksi 13.172 ton dan Tembakau Paiton tertanam di atas lahan seluas 10.027 hektare dengan produksi 9.329 ton.

Selain soal tata niaga yang masih jadi kendala, tantangan petani tembakau dalam memenuhi kebutuhan industri yakni sistem pertanian yang masih tradisional.

"Persiapan lahan masih konvensional, penanaman secara manual, kurang perawatan, panen dan pascananen tradisional," katanya. Oleh karena itu, dukungan negara serta kemitraan dengan pabrik mesti diseriusi agar ke depannya dapat menekan impor.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement