REPUBLIKA.CO.ID, Bermula dari dapur kecil di rumahnya, artis Cynthia Lamusu mulai bereksperimen dengan resep kuliner leluhurnya. Semenjak menikah dengan aktor Surya Saputra, Cynthia mengaku tertantang belajar memasak untuk hidangan bagi suami. Dari situlah, ide bisnis Cynthia muncul. Konsep nasi kuning berukuran sekepalan tangan dengan lauk khas tiga daerah, yakni Gorontalo, Jawa, dan Betawi membawa bisnis kuliner Cynthia berkembang hingga sekarang.
Bisnis kuliner dimulai Cynthia melalui eksperimen membuat makanan bergizi dengan kualitas rasa yang lezat. Eksperimen itu dia mulai sejak menikah tujuh tahun silam.
“Mengalir begitu saja, aku yang sebelumnya jarang masak, tidak pernah masuk dapur, lalu semenjak nikah jadi tertarik ingin belajar masak,” katanya kepada Republika.co.id, belum lama ini.
Cynthia menyadari sejumlah resep kuliner warisan leluhur bisa dikembangkan untuk bisnis. Resep itu dia dapatkan dari ibunya. Meski hanya dilatih lewat sambungan telepon, Cynthia terus mencoba membuat masakan resep warisan leluhur.
Suaminya, Surya, menjadi penilai hasil masakan Cynthia. Pengalaman menjadi pembawa acara kuliner membuat Surya dinilai cukup kompeten untuk memberi masukan. Hasil masakan Cynthia juga beberapa kali dibuat dalam porsi banyak untuk dibawa ke lokasi shooting suami. Dari situ, Cynthia mendapat banyak masukan untuk bisnis kuliner.
Setiap kali habis memasak, Cynthia memotret hasil masakannya. Kemudian, dia unggah foto itu ke media sosial. Hasilnya, banyak orang penasaran untuk mencicipi.
“Aku nggak menyangka responsnya cepat sekali, banyak yang penasaran dan ingin mencoba masakanku,” katanya.
Rasa penasaran banyak orang untuk mencicipi itulah yang membuat Cynthia yakin untuk berbisnis kuliner. Pada Juni 2011, dia mengusung bisnis kuliner dengan brand “Nasi Kepel Dapur Mama Thia”.
Cynthia terinspirasi konsep nasi angkringan Jawa dan nasi kuning khas Gorontalo. Dia pun membuat konsep nasi kepal agar makanan itu bisa dimakan secara praktis. “Mama Thia” yang merupakan panggilan kesayangannya dari keponakan digunakan untuk pemasaran.
Nasi kepal tersebut dipasarkan melalui konsep online restoran. Dapur Mama Thia menyajikan masakan rumahan yang memadukan menu khas dari Sulawesi, Jawa, dan Betawi.
Bisnis kuliner Cynthia hanya diawali dengan modal Rp 500 ribu. Modal itu cukup untuk membeli 10 liter beras dan bahan masakan lain beserta bumbunya. Pesanan pertama bisnis Cynthia saat itu hanya lima kotak atau 60 bungkus nasi kepal. Dari pesanan pertama itu, bisnis pun berkembang. Selang empat tahun, kini Cynthia bisa mengolah 50-100 kilogram beras per pekan.
Nasi kepal tersebut dipasarkan dengan kemasan sederhana. Namun, Cynthia tetap menjaga kualitas rasa dan gizi. Konsep nasi kepalnya itu juga sejalan dengan tren makanan berukuran mini yang mulai digemari pada 2013.
“Orang semakin concern dengan kesehatan, orang tidak mau terlalu banyak makan, tapi gizinya tetap cukup, dan produk kuliner yang kuhasilkan sangat pas,” jelasnya.
Nasi kepal tersebut juga disediakan dengan beragam pilihan lauk. Sejumlah lauk yang khas antara lain sambal roa ekstra pedas dari Gorontalo, bakso pedas, dendeng suwir pedas, teri kadang pedas manis, dan udang saus asam manis. Harga nasi kepal untuk ukuran reguler dibanderol Rp 150 ribu per paket yang berisi 12 buah. Sehingga, harga satuannya hanya Rp 12.500. Jika ingin porsi yang lebih besar, konsumen juga memiliki pilihan untuk ukuran jumbo dengan harga Rp 25 ribu per buah.
Nasi kepal tersebut juga dipasarkan dengan pilihan reguler special dan jumbo. “Kita juga menerima pemesanan tumpeng beragam ukuran, parsel, dan stall sudah termasuk perlengkapan dan pramuniaga serta nasi kotak,” katanya.
Sebagian besar pemesan nasi kepal berasal dari pegawai perkantoran di wilayah Jakarta. Mereka sebagian besar berada di wilayah perkantoran Jalan Kuningan, Gatot Subroto, dan Sudirman.