REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES -- Penembakan masal kembali terjadi di AS. Kali ini terjadi di San Bernardino di California selatan, Rabu (2/12). Sebanyak 14 orang tewas dan 17 terluka dalam serangan itu.
Asisten Direktur FBI David Boudich mengatakan masih belum jelas apakah penembakan tersebut adalah serangan teror atau bukan.
Departemen Polisi San Bernardino menerima laporan mengenai beberapa penembakan pada pukul 10.59 waktu setempat (Kamis, 01.59 WIB).
(Baca: Penembakan San Bernardino, Polisi Hentikan SUV Hitam)
Sersan Vicki Cervantes, Juru Bicara bagi Departemen Polisi San Bernardino, mengatakan tersangka atau para tersangka, memiliki senjata berat dan memakai masker skit serta mungkin juga baju anti-peluru.
Para tersangka pelaku penembakan menyerbu ke dalam satu ruang konferensi, tempat satu acara keagamaan sedang diselenggarakan dan mulai melepaskan tembakan.Ada ratusan orang di dalam bangunan itu, ketika penembakan terjadi dan kebanyakan orang tersebut keluar gedung tanpa cedera.
Identitas dan alasan para penyerang masih diselidiki.
Sheriff San Bernardino County John MacMahon mengatakan karena mungkin ada lebih dari satu orang tersangka melarikan diri dengan menggunakan kendaraan SUV hitam, wilayah di dekat lokasi penembakan digeledah dan petugas disiagakan.
"Kami akan melakukan semua yang mungkin untuk menjaga keamanan masyarakat," kata MacMahon.
Pusat itu adalah organisasi nirlaba yang menawarkan layanan kepada perorangan yang memiliki gangguan perkembangan. Pusat tersebut memiliki sebanyak 670 pegawai dan melayani 3.000 keluarga. Gedung berwarna pink yang memiliki tiga lantai itu berada tak jauh dari Highway 10 yang sibuk.
Banyak keluarga yang menerima pesan teks dari orang tercinta mereka di gedung tersebut bergegas mendatangi lokasi penembakan. Mereka dapat menunggu atau bergabung lagi dengan orang yang mereka cintai di satu gedung yang berdekatan.
Beberapa helikopter terlihat terbang di atas wilayah itu.