REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Bank Sentral Australia (RBA) menduga Indonesia berada di balik pelanggaran jaringan komputernya dua tahun lalu.
Ini adalah laporan kedua dari serangan siber di departemen utama Pemerintah Australia, setelah Cina disalahkan atas pelanggaran di Biro Meteorologi (BoM).
RBA tak akan mengonfirmasi rincian kejadian itu.
Nigel Phelan bekerja di Kepolisian Federal Australia (AFP) selama 21 tahun dan kini menjabat direktur keamanan internet di Universitas Canberra.
"Ada banyak informasi, kami tak tahu sejauh mana itu. Jelas RBA, ketika anda melihat seperti apa lembaga ini, itu adalah lembaga yang matang, dan saya yakin hampir setiap hari mereka berusaha menangkis serangan siber yang menyerang mereka," jelasnya.
Ia mengatakan, Indonesia sangat tertarik pada apa yang terjadi di dalam RBA.
"Saya pikir sebagian besar negara OECD dan negara yang dekat dengan OECD ingin tahu apa yang terjadi. Ketika anda melihat fluktuasi mata uang, hal-hal semacam itu, sekali lagi itu data yang besar untuk perdagangan," katanya.
Seperti insiden BoM, Bank Sentral Australia menolak memberikan konfirmasi dan mengungkapkan kasus ini lebih lanjut.
Baca juga:
Penembakan San Bernardino, Polisi Hentikan SUV Hitam
Tinggi Tubuh Suami Ternyata Pengaruhi Kebahagiaan Istri