Kamis 03 Dec 2015 11:22 WIB

JK-Jokowi akan Bersihkan yang Terlibat Kasus Pencatutan Nama Presiden

Red: Nur Aini
Presiden Joko Widodo (kiri) didampingi Wapres Jusuf Kalla (kanan) memimpin rapat terbatas membahas langkah-langkah pengendalian kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan Sumatera dan Kalimantan, di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Jumat (23/10).
Foto: Antara/Yudhi Mahatma
Presiden Joko Widodo (kiri) didampingi Wapres Jusuf Kalla (kanan) memimpin rapat terbatas membahas langkah-langkah pengendalian kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan Sumatera dan Kalimantan, di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Jumat (23/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Jusuf Kalla menegaskan Presiden Jokowi bertekad membersihkan siapa saja terlibat dalam kasus dugaan pencatutan nama Presiden Jokowi dan Wapres JK yang dilakukan oleh Ketua DPR Setya Novanto sebagaimana dipertontonkan dalam sidang MKD.

"Saya dan Presiden Jokowi, setelah melihat semalam, kita bertekad akan membersihkan hal ini. Kita harus tegas. Kita tidak bisa berjalan mundur lagi," kata Wapres Jusuf Kalla saat membuka Konferensi Nasional Pemberantasan Korupsi (KNPK) di kompleks MPR/DPR Senayan Jakarta, Kamis (3/12).

Konferensi yang diselenggarakan KPK tersebut juga dihadiri Ketua MPR Zulkifli Hasan, Plt Ketua KPK Taufikurrahman Ruki, Ketua DPD Irman Gusman, namun tidak tampak Ketua DPR Setya Novanto. JK menjelaskan sidang MKD telah dipertontonkan terbuka suatu upaya sekelompok orang pengusaha dan pejabat tinggi negara yang merugikan negara sangat besar.

"Sangat tragis bangsa ini. Semalam belum 24 jam di gedung DPR MPR ini dipertontonkan sebuah upaya korupsi sekarang kita bicarakan pencegahannya," kata JK.

Menurut JK dari rekaman yang diperdengarkan semalam, memperlihatkan sebuah keserakahan manusia. "Semalam kita diperlihatkan keserakahan, karena saya yakin ketiga orang itu bukan alasan untuk makan. Kita selalu permisif tapi ini harus diselesaikan," ucap JK. (Baca juga: KPK Rekam dan Catat Jalannya Sidang MKD)

JK menjelaskan apa yang dipertontonkan secara terbuka semalam dalam sidang MKD adalah suatu upaya sekelompok orang, pengusaha, dan pejabat tinggi negara yang merugikan negara sangat besar. "Kalau kita lihat tragisme semalam, luar biasa. Dengan congkaknya, diperlihatkan semua bisa dikuasai dengan uang," ungkap JK.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement