REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA – Kementerian Kesehatan Indonesia masih minim petugas epidemiologi. Idealnya setiap Puskesmas ada satu Petugas Epidemiologi.
Saat ini di setiap kabupaten mungkin hanya ada satu petugas epidemiologi. Bahkan belum tentu di semua kabupaten/kota di Indonesia yang berjumlah 511 kabupaten/kota sudah ada petugas epidemiologi.
’’Tenaga epidemiologi di Indonesia masih kurang. Mau saya setiap puskesmas minimal ada seorang tenaga epidemiologi. Cita-cita saya perlu 10 ribu petugas epidemiologi di Puskesmas seluruh Indonesia, kata Dirjen pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Muhammad Subur pada Republika.co.id, di Hyatt Regency Yogyakarta, Kamis (3/12).
Dia mengatakan selama ini dalam berbagai kesempatan sudah minta kepada daerah untuk menambah petugas epidemiologi. ‘’Jangan tenaga dokter, perawat dan bidan saja yang tambah. Tenaga epidemiologi juga sangat diperlukan,’’kata Subuh.
Menurut dia, minimnya tenaga epidemiologi upaya penyelidikan satu kasus penyakit tidak pernah tuntas. Padahal petugas epidemiologi dalam melakukan penyelidikan suatu kasus penyakit dari A sampai Z dan ada triangle yakni Host (penjamen), Agent dan Enviroment (lingkungan).
Selain itu, petugas epidemiologi juga mempunyai metode 5 W 1 H (Who, What, Why, Where dan How). "Kalau petugas epidemiologi ada di setiap kabupaten, dalam melakukan penanganan suatu kasus penyakit akan berjalan baik ," ujarnya.
Saat ini baru ada dua perguruan tinggi yakni UGM dan Universitas Indonesia yang menyelenggarakan Field Epidemiology training programme (FETP). Hal ini bisa dikembangkan di perguruan tinggi yang lain, tuturnya.