REPUBLIKA.CO.ID,ZURICH -- Komite Eksekutif (Exco) FIFA menyetujui rencana paket-paket reformasi pada Kamis (3/12) yang ditujukan untuk membersihkan badan sepak bola dunia yang dihantam skandal itu. Dalam hal ini diusulkan pemeriksaan integritas dan pembatasan masa kerja ofisial-ofisial senior, serta pemisahan baru terhadap posisi-posisi manajemen dan kebijakan.
Proposal itu, yang juga meningkatkan perwakilan untuk perempuan, akan dipresentasikan pada Februari di Kongres FIFA. Hasilnya akan memiliki kekuatan untuk mengubah statuta--aturan yang menjadi 'kitab suci' bagi FIFA dalam bertindak dan mengambil keputusan.
Pada saat yang sama, Exco yang saat ini dikepalai oleh presiden sementara karena skors yang dijatuhkan kepada Sepp Blatter, menunda keputusan proposal kontroversial perihal penambahan jumlah peserta Piala Dunia dari 32 tim menjadi 40 tim.
Pelaksana tugas Presiden Issa Hayatou mengatakan pekerjaan komite telah selesai. "Ajang-ajang ini menggarisbawahi keperluan untuk membentuk program reformasi FIFA yang lengkap pada hari ini," ucapnya kepada para pewarta. "Rekomendasi-rekomendasi ini menandai awal dari perubahan budaya di FIFA. Langkah maju yang besar telah diambil."
Ironisnya, pengumuman yang diniatkan untuk membantu FIFA membersihkan diri dibayang-bayangi oleh penahan anggota Exco Alfredo Hawit dan Juan Angel Napout di hotel mewah di Zurich, tempat mereka menginap. Selain itu muncul berita-berita bahwa para ofisial AS mengeluarkan 14 dakwaan baru terkait korupsi di sepak bola.
Hawit dan Napout, yang merupakan perwakilan kepala Konfederasi CONCACAF dan CONMEBOL, ditahan oleh polisi Swiss atas permintaan otoritas AS karena dugaan meraup jutaan dolar uang suap terkait hak-hak televisi.
Penangkapan itu merupakan bagian dari serangkaian penyelidikan korupsi yang melebar, setidaknya terhadap Blatter, yang diskors selama 90 hari dan akan digantikan pada kongres di Februari.