REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Kongres Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang dilaksanakan di Pekanbaru, Riau sempat ricuh pada Kamis (3/11) malam hingga pagi dini hari.
Kericuhan tersebut diakibatkan karena deadlock saat terjadinya perdebatan mengenai mekanisme pemilihan Ketua Umum PB HMI.
"Adanya miskomunikasi antar peserta penuh mengenai mekanisme pemilihan, dan syarat untuk menjadi ketua umum ini yang menyebabkan kericuhan," kata Dhihram Tenrisau, Media Center Panitia Besar Kongres HMI melalui teleconference, Jumat (4/12).
Dalam perdebatan antara peserta kongres tersebut membahas syarat-syarat untuk menjadi Ketua Umum PB HMI. Sebelumnya, mekanisme pemilihan termasuk syarat-syarat ketua umum tersebut sudah ditentukan oleh steering committe, kemudian dibahas dalam forum kongres.
Saat pembahasan usulan poin-poin mekanisme pemilihan dan syarat-syarat ketua umum tersebut yang kemudian muncul perdebatan. Kericuhan tersebut yang berlangsung hingga pagi dini hari tadi, menurut Dhihram terjadi hingga keluar gedung kongres, sehingga meresahkan warga.
Oleh karena itu, hingga saat ini panitia, pengurus besar bersama seluruh stakeholder termasuk pihak kepolisian, pemerintah daerah dan masyarakat setempat sedang melakukan konsolidasi. Bagaimanapun juga, HMI menginginkan kongres tersebut dapat berjalan dengan lancar dan tertib.
Sebelumnya, seluruh kandidat dan peserta sudah menandatangani kesepakatan yang menyepakati bahwa hari Kamis (3/12) kemarin adalah hari terakhir kongres. Namun karena adanya kericuhan tersebut, kongres belum dapat diselesaikan hingga saat ini.
Dhihram yang merupakan pengurus Badan Koordinasi Sulawesi Selatan dan Barat PB HMI ini berharap ini adalah kericuhan terakhir yang dilakukan kader HMI, karena kejadian ini telah menambah catatan buruk bagi HMI.