REPUBLIKA.CO.ID, CALIFORNIA -- Denise Peraza merupakan salah satu saksi hidup dalam tragedi penembakan massal di San Bernardino, California, Rabu (2/12). Saat peristiwa terjadi, Denise yang tertembak di bagian punggung sempat menelepon keluarganya untuk menyampaikan "perpisahan".
Salah satu aggota keluarga Denise mengatakan, Rabu sekitar pukul 11.00 waktu setempat, Denise menghubungi saudara perempuannya. Sambil menangis, Denise mengatakan ia tertembak di bagian punggung.
"Dia mengatakan 'Aku hanya ingin mengatakan bahwa aku mencintaimu'. Setelah itu, dia mengatakan dia harus pergi dan memutus teleponnya," cerita salah satu keluarga Denise menirukan perkataan Denise di telepon pada saat kejadian.
Denise yang kini sudah membaik, menceritakan pengalaman mengerikannya selama dihujani peluru oleh sepasang suami istri pelaku penembakan massal San Bernardino. Kepada keluarga, Denise bercerita sesaat setelah tembakan dilepas, Denise dan orang-orang di sekelilingnya mencoba tiarap dan berlindung.
Denise sendiri mencoba berlindung dengan menjadikan kursi-kursi disekitarnya sebagai tameng. Akan tetapi, tiba-tiba Denise sudah merasakan ada peluru yang bersarang di punggungnya.
"Mereka menembak selama 30 detik, secara acak, kemudian berhenti sebentar untuk mengisi amunisi, lalu kembali menembak," cerita Denise kepada keluarganya.
Penembakan massal terjadi di San Bernardino, Rabu (2/12) lalu oleh sepasang suami dan istri, Syed Farook dan Tashfeen Malik. Kedua pelaku kemudian tewas dalam baku tembak dengan petugas kepolisian. Akibat dari insiden tersebut, 14 orang tewas dan 17 lainnya mengalami luka.