Ahad 06 Dec 2015 01:19 WIB

Apakah Semua Ilmuwan Atheis?

Rep: C38/ Red: Citra Listya Rini
Atheis
Atheis

REPUBLIKA.CO.ID, TEXAS -- Sebuah studi terbaru menantang asumsi lama yang mengatakan sebagian besar ilmuwan atheis. Studi ini juga membantah ilmu pengetahuan tidak dapat berkolaborasi dengan agama.

Dilansir dari IB Times, Sabtu (5/12), para peneliti di Rice University, Texas, Amerika Serikat mengungkapkan survey pertama di seluruh dunia tentang bagaimana pandangan agama para ilmuwan memiliki implikasi penting yang dapat diterapkan dalam kerja-kerja akademik mereka.

"Pandangan populer soal "perang" antara sains dan agama adalah perang kata-kata yang dipicu oleh para ilmuwan, pemuka agama, dan orang-orang di sekeliling mereka," kata peneliti utama Elaine Howard Ecklund, sekaligus direktur pendiri Program Studi Agama dan Kehidupan Publik, Rice University.

Menurut Ecklund, lebih dari setengah ilmuwan di India, Italia, Taiwan, dan Turki mengidentifikasi diri sebagai orang religius. Ini mengejutkan sebab di Hongkong misalnya, penganut atheis dua kali lebih banyak dibandingkan dengan komunitas ilmiah di daerah itu.

Ecklund mencatat pola seperti itu menantang asumsi lama tentang karakter religius ilmuwan di seluruh dunia. Untuk penelitian ini, para peneliti mengumpulkan informasi dari lebih dari 9.000 responden di delapan wilayah di seluruh dunia, yaitu, Perancis, Hong Kong, India, Italia, Taiwan, Turki, Inggris, dan Amerika Serikat.

Mereka juga melakukan perjalanan ke wilayah-wilayah ini untuk melakukan wawancara mendalam dengan lebih dari 600 ilmuwan.  Dengan studi ini, para peneliti berharap bisa mendapatkan representasi pandangan ilmuwan tentang agama, etika, dan bagaimana keduanya bersinggungan dengan karya ilmiah mereka.

Ketika ditanya soal konflik antara agama dan ilmu pengetahuan, Ecklund menjelaskan hanya sebagian kecil ilmuwan di setiap regional percaya bahwa sains dan agama bertentangan.

Di Inggris, hanya 32 persen dari ilmuwan yang memandang adanya konflik ilmu vs agama. Di AS, jumlah ini hanya 29 persen. Sementara, 25 persen ilmuwan di Hongkong, 27 persen di India, dan 23 persen di Taiwan percaya sains dan agama dapat hidup berdampingan dan mendukung satu sama lain.

"Ini adalah pesan penuh harapan bagi para pembuat kebijakan ilmu pengetahuan dan pendidik. Kedua kelompok tidak seharusnya mendekati agama dengan sikap tempur. Alih-alih, mereka harus mendekatinya dengan kolaborasi," kata dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement