REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kecerobohan sopir metromini kembali terjadi. KRL jurusan Jatinegara-Bogor menabrak metromini bernomor polisi B 7660 FD, yang menerobos pintu perlintasan Angke, Jakarta Barat, Ahad (6/12) pagi. Akibat insiden itu 13 orang dilaporkan meninggal dunia.
Pengamat transportasi, Darmaningtyas, menilai, selama ini memang tidak ada kesadaran sopir Metromini atau angkutan umum lainnya, terhadap keselamatan penumpang. ''Mereka hanya berpikir soal sewa (penumpang) saja, tidak peduli dengan keselamatan penumpang. Bahkan, banyak pengemudi Metro Mini ataupun Kopaja yang nyetir sambil SMS-an atau telpon. Padahal itu jelas mengancam keselamatan dia sendiri maupun pengguna jalan lainnya,'' ujar Darmaningtyas kepada Republika.co.id, Ahad (6/12).
Kondisi ini diperarah dengan ada sistem setoran yang diterapkan oleh para pemilik angkutan umum tersebut. Menurut Darmaningtyas, sistem inilah yang membuat para pengemudi angkutan umum, seperti metromini, Kopaja, ataupun KWK, cenderung terburu-buru dan mengabaikan keselamatan penumpang.
"Secara sistem, model setoran yang diterapkan di angkutan umum akan membuat awak angkutan cenderung terburu-buru untuk mengejar setoran yang lebih banyak," kata Ketua Instran (Institut Studi Transportasi) tersebut.