REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina (persero) siap menjadi operator tanpa partner dalam mengelola Blok Mahakam, Kalimantan Timur, pascahabis kontrak pada 2017 mendatang. Sebab, Total E&P Indonesie belum sepakat terkait pembagian besaran saham yang diterima. Padahal pemerintah menargetkan akhir tahun ini sudah ada kesepakatan soal term and conditions.
Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam mengatakan, kemungkinan target PSC baru akhir tahun ini tidak akan tercapai karena perundingan masih berjalan. Pihaknya menargetkan penandatanganan term and conditions akan kelar pada Januari 2015.
Pembicaraan mengenai term and conditions, kata Syamsu, dibicarakan oleh operator dan pemerintah. Sehingga dalam hal ini Total maupun Inpex tidak perlu ikut campur. Apabila skenario akhirnya adalah Total dan Inpex tidak bersedia bergabung lagi untuk mengelola Blok Mahakam, maka Pertamina menyatakan siap berjalan sendiri.
"Enggak masalah (tanpa Total). Kan memang Mahakam ini kan 100 persen dikasih ke Pertamina. Jadi PSC termnya itu antara Pertamina dan Pemerintah. Kalau partner mau ikut, ya kalau sudah share down kita. Jadi kita enggak tergantung dengan partner untuk bicara PSC term," kata Syamsu.
Namun, hingga kini Pertamina juga belum sepakat terkait besaran signature bonus yang harus dibayarkan kepada pemerintah. Signature bonus rencananya akan dihitung berdasarkan total aset yang akan diambil alih Pertamina.
"Saya belum menerima. Kemudian pemerintah menentukan Pertamina membayar sekian persen dari aset itu. Misalnya 1%-0,5%," katanya. Hingga kini Total belum bisa dikonfirmasi.
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said menyatakan bahwa pihaknya mendukung langkah Pertamina untuk maju sendiri apabila Total tidak sepakat atas pembagian saham.