REPUBLIKA.CO.ID, KOTA TANGERANG -- Pada awal penelitian, Ilmuwan Warsito Purwo Taruno menyatakan selalu meminta Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk memberikan pendampingan dari dunia medis. Namun hal ini belum pernah mendapat respon dari Kemenkes kala itu.
"Kita sudah layangkan surat berkali-kali ke Kemenkes untuk bisa memberikan pendampingan pada penelitian kami dari kalangan medis juga," ungkap Warsito di C-Care Terapi Kanker Alam Sutera, Serpong, Kota Tangerang, Senin (7/12). Namun ternyata komunikasi ini tidak berjalan baik. Untuk itu dia meminta Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) agar bisa menjembatani ini.
Warsito menyatakan, penemuan Electrical Capacitance Volume Tomography (ECVT) dan Electro-Capacitive Cancer Therapy (ECCT) ini memiliki manfaat luar biasa. Manfaat ini tidak hanya bagi bangsa dan negara tapi kemanusiaan juga.
"Penelitian ini tulus kami kembangkan untuk Indonesia," kata Warsito. Karena itu, ia mengharapkan dukungan pemerintah dengan pendampingan yang sesuai. Sehingga, dia menambahkan, penelitiannya bisa berjalan di jalur yang benar.
Pada kesempatan sama, Warsito menyatakan ihwal jika temuannya harus ditutup Kemenkes. Dia mengaku akan menyesal jika itu sampai terjadi dalam penelitiannya ini. Pasalnya, temuannya ini memiliki potensi baik dan memiliki ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi masyarakat.
"Kalau ilmu pengetahuan ini tidak bisa dimanfaatkan di sini, masih banyak di tempat lain yang mau memanfaatkannya," ujar Warsito.
Warsito juga mengatakan, temuannya ini telah membuat banyak mahasiswa Indonesia dan luar negeri tertarik untuk mempelajari dan menelitinya. Sejauh ini sebanyak 200 mahasiswa telah lulus dengan penelitian ihwal ECVT maupun ECCT. Sejumlah ini tidak hanya berasal dari Indonesia tapi Jepang, Amerika dan negara luar lainnya.
Selain itu, temuan-temuannya ini juga telah digunakan di Ohio State University Amerika Serikat dan University of Cambridge, Inggris. Bahkan, NASA juga telah memanfaatkan temuannya.