REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu pemilik Metromini, Azas Tigor Nainggolan mengklaim dirinya tak sembarangan memilih sopir. Dia mengaku tidak menerima sopir yang tidak memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM).
Tigor memiliki delapan unit Metromini, namun bus yang beroperasi hanya dua unit per hari. "Karena sulit mencari sopir yang benar. Kalau saya mau mencari duit, bisa saja saya suruh orang untuk narik," kata dia saat dihubungi Republika.co.id.
Menurut Ketua Forum Warga Kota Jakarta (FAKTA) ini, izin sembarangan yang diberikan pemilik bus terhadap sopir tidak mempunyai SIM hanya akan merugikan. Pasalnya, tidak jarang sopir tembak melanggar peraturan lalu lintas sehingga berujung pada terjadinya kecelakaan.
Selain dari sisi perizinan, Tigor kerap turun mengawasi para sopirnya ke lapangan. Jika ia menemukan sopirnya hanya nongkrong dan bermain judi di terminal, sementara Metromini-nya diberikan ke sopir tembak, maka Tigor tidak segan memecatnya.
"Saya selalu bilang ke mereka, seandainya capek mending bus ditaruh di terminal atau pool lalu kamu istirahat," katanya. (Baca: Pengelola Metromini Manajemen Transjakarta).
Metromini P17 jurusan Senen-Manggarai miliknya hanya beroperasi di hari kerja. Pada Sabtu dan Ahad, Metromini tidak dijalankan karena tidak ada sopir yang mau membawanya mengingat sepinya penumpang di akhir pekan. Kawasan yang dilewati trayek tersebut kebanyakan perkantoran sehingga penumpangnya hanya banyak di hari kerja.
Tigor berharap Pemerintah Provinsi DKI Jakarta segera merealisasikan wacana soal perbaikan dan revitalisasi transportasi umum. "Jangan cuma ngomong yang manis-manis di depan media. Berjanji mau mengundang dan berbicara dengan pemilik Metromini tapi ternyata tidak pernah terlaksana."