REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Semua pihak diminta memahami situasi dan kondisi perusakan salah satu masjid di Bali. Tidak hanya pemerintah dan aparat, warga setempat diimbau selalu waspada dan tidak mudah terprovokasi atas adu domba.
Sosiolog Musni Umar mengatakan, setiap adu domba pasti memiliki agenda di baliknya. "Bisa saja agenda politik, ekonomi, sosial, atau lainnya," ujarnya kepada Republika.co.id, kemarin. (Baca: Sosiolog: Toleransi Umat Islam Tinggi Ketika Jadi Mayoritas)
Setiap terjadi peristiwa yang melibatkan kehidupan beragamaan, para tokoh agama harus ikut turun tangan. Tokoh agama, kata Musni, harusnya saling bertemu dan berkumpul untuk membicarakan soal keamanan, kedamaiaman, dan ketentraman umat.
Musni mengatakan, jika situasi di Bali kacau karena adanya pertentangan agama, tidak akan ada wisatawan yang datang untuk berkunjung. Alhasil, pemerintah tidak memiliki penghasilan dan masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada kegiatan pariwisata juga akan terganggu.
"Kalau ada masalah-masalah yang mengganggu keamanan harus segera dipecahkan dan tidak boleh dibiarkan," ujarnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, pada Sabtu (5/12) pukul 03.00 WITA Masjid Jami Abdurrahman Bin Auf mengalami aksi pencurian uang dalam kotak amal oleh pelaku orang tak dikenal (OTK) dengan melakukan perusakan kaca pintu masjid. Satu kaca pintu masjid pecah dan uang dalam kotak amal sekitar Rp 300 ribu hilang diambil para pelaku.