REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Warga Muslim Amerika Serikat kini menghadapi peningkatan Islamophobia. Bahkan, pernyataan rasisme yang menyudutkan Muslim kerap dilontarkan kandidat calon presiden Partai Republik Donald Trump. Padahal, dalam sejarah Amerika Serikat, warga Muslim menorehkan berbagai catatan prestasi yang dibanggakan negara itu.
Sejak Amerika Serikat belum terbentuk, warga Muslim sudah ikut berjuang merebut kemerdekaan dari kolonialisme Inggris. Dari catatan sejarah, beberapa warga Muslim mengabdi sebagai tentara pimpinan Jenderal George Washington yang berperang melawan kolonialisme Inggris. Dari laporan the Guardian, mereka antara lain Bampett Muhammad yang berjuang untuk Virginia Line antara tahun 1775-1783 dan Yusuf Ben Ali yang merupakan warga keturunan Afrika Barat Arab.
Bahkan, beberapa sumber mengklaim bahwa Peter Buckminster yang menembak mati Jenderal Inggris Kohn Pitcairn dalam perang Bunker Hill dan kemudian berperang di Saratoga dan Stony Point merupakan warga Muslim Amerika. Buckminster kemudian mengubah namanya menjadi Salem atau Salaam, yang merupakan kata Arab untuk perdamaian.
Selain itu, negara Muslim Maroko, merupakan negara pertama yang mengakui pendirian AS. Pada 1786, kedua negara membuat traktar perdamaian dan persahabatan yang masih berlaku hingga sekarang dan menjadi traktat terlama dalam sejarah.
Perjuangan warga Muslim untuk Amerika tetap berlanjut hingga negara itu merdeka. Setelah AS terbentuk, perbudakan dan perilaku rasisme merajalela. Warga kulit hitam keturunan Afrika mengalami sejarah paling gelap Amerika. Namun, setelah masa perbudakan di AS berakhir, kebijakan rasis tetap ada. Dari sejarah kelam itu, muncul nama Malcolm X, seorang orator pembela hak warga Amerika keturunan Afrika.
Setelah masa perbudakan AS berakhir, banyak warga Afrika-Amerika mulai pindah ke kota. Namun, adanya kebijakan pembatasan perumahan dan pekerjaan membuat banyak dari mereka mengalami kesulitan. Kondisi itu menimbulkan gerakan selama 1950an dan 1960an, yang melahirkan orator ulung untuk Nation of Islam. Orator yang lahir dengan nama Malcolm Little pada 1925 itu menjadi terkenal dengan Malcolm X, merupakan seorang mualaf yang memperjuangkan hak warga Afrika-Amerika.
Dia menyerukan lepas dari belenggu rasisme dengan cara apapun yang diperlukan, termasuk kekerasan. Pesannya ini bertentangan dengan sesama aktivis hak sipil Martin Luther King yang menyerukan anti-kekerasan. "Saya tidak menyebutnya kekerasan saat itu merupakan upaya membela diri. Saya menyebutnya intelijen," ujarnya.
Prestasi warga Muslim terus dicatat sejarah Amerika setelah masa kelam perbudakan dan politik apartheid berakhir. Prestasi besar yang dicatat warga Muslim bahkan membuatnya disebut sebagai pahlawan bagi Amerika. Di bidang olah raga, Muhammad Ali merupakan pahlawan kebanggaan Amerika. Dia dikenal sebagai the Louisville Lip dan menang tiga kali tinju kelas berat dunia. Pada 1965, dia mengubah namanya dari Cassius Clay menjadi Muhammad Ali. Selain itu, ada Mike Tyson yang membuat rekor petinju termuda menang WBC, WBA, dan IBF kelas berat di usianya yang baru 20 tahun.
Pahlawan olah raga Muslim AS lainnya yakni ikon basket Shaquille O'Neal dan Kareem Abdul-Jabbar, yang merupakan bintang NBA terkenal setelah Michael Jordan. Hakeem Olajuwon bahkan masuk dalam Hall of Fame NBA.
Deretan prestasi warga Muslim lainnya:
12 Jasa Besar Muslim untuk Amerika yang Dilupakan Donald Trump (Bagian 1)
12 Jasa Besar Muslim untuk Amerika yang Dilupakan Donald Trump (Bagian 2)