REPUBLIKA.CO.ID,MATARAM -- Tim Penggerak Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) NTB bersama Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mencanangkan aksi daerah keamanan pangan jajanan anak usia dini sebagai salah satu bentuk edukasi kepada masyarakat.
Kegiatan pencanangan yang dipusatkan di kantor Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB), SELASA (9/12) dihadiri Ketua Umum Tim Penggerak NTB Hj Erica Zainul Majdi, dan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Mataram, I Gede Nyoman Suardi.
Hj Erica Zainul Majdi menjelaskan maraknya jajanan anak yang mengandung bahan-bahan berbahaya menjadi latar belakang dilakukannya edukasi ke anak usia dini, orang tua dan guru dalam mengonsumsi makanan dari bahan yang sehat dan bergizi.
"Makanan yang dikonsumsi anak harus halal dan toyyib. Islam mengajarkan kita semua mengonsumsi makanan yang halal pengolahannya, sekaligus menyehatkan," kata istri Gubernur NTB HM Zainul Majdi ini.
Kegiatan yang diselenggarakan bekerja sama dengan BPOM Mataram, tersebut bertujuan membentuk dan mempersiapkan cikal bakal sumber daya manusia NTB yang tangguh dan berdaya saing global.
Wanita yang biasa disapa Erica ini menekankan pentingnya bahan makanan yang sehat untuk anak.
"Lebih baik orang tua menyiapkan sendiri makanan anak-anak dari rumah. Makanan seperti jangung, ubi, itu lebih sehat, bersih dan murah bagi anak dibanding jajanan berwarna-warni yang dijual di pinggir jalan," ucapnya.
"Saya senang sekali bila diajak untuk ikut sidak ke kantin-kantin sekolah. Karena, saya yakin anak-anak kita sudah pintar. Kalau makanan yang mereka makan akan membuat mereka sakit dan bodoh, pasti mereka akan menghindarkan diri dari makanan tersebut," katanya.
Sementara itu, Kepala BPOM Mataram I Gede Nyoman Suardi, pencanangan keamanan pangan anak sekolah di NTB, sudah menunjukkan hasil yang cukup signifikan sejak dicanangkan empat tahun lalu.
Pada awal 2011, menurutnya, kondisi keamanan jajanan anak sekolah berada pada level 35-40 persen mengandung bahan yang berbahaya.
"Pada tahun 2014, setelah dilakukan intervensi melalui lintas sektor, kondisi jajanan anak sekolah berada di level 9,5 persen mengandung bahan yang berbahaya," ujarnya.
Saat ini, sekitar 10 PAUD yang ada di Kota Mataram, telah diintervensi untuk tidak menggunakan bahan berbahaya pada jajanan anak-anak. Ke depan, jumlah PAUD yang terhindar dari penggunaan bahan berbahaya untuk jajanan akan semakin ditingkatkan.