REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah pembekuan dan sanksi FIFA tak kunjung dicabut, induk sepak bola Indonesia, PSSI memutus kontrak direktur tekniknya, Pieter Huistra. Keputusan ini diambil setelah tidak kegiatan yang dilakukan selama masa pembekuan tersebut. Padahal peran Huistra di PSSI sangat penting karena mencakup pengembangan usia muda.
Namun sangat disayangkan pria asal Belanda itu gagal menjalankan tugasnya dengan baik, karena konflik berkepanjangan antara PSSI dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora).
Namun pemutusan kontrak Huistra hanya sementara waktu, sebab PSSI masih ingin menggunakan jasanya. "Suatu saat jika sepak bola sudah pulih kami ingin dia kembali dikontrak," jelas Sekretaris Jenderal PSSI, Azwan karim, Rabu (9/12).
Di samping menjadi direktur teknik PSSI, Pieter Husitra juga sempat menukangi Tim nasional Indonesia sebagai pelatih interim. Saat itu Huistra ditugaskan mendampingi Tim Merah Putih di ajang Pra Piala Dunia 2018 dan juga Pra Piala Asia 2019 mendatang. Namun hal itu urung dilaksanakan, karena sepak bola Indonesia disanksi FIFA lebih dulu.
Selain itu Huistra juga menyambi sebagai pelatih kepala Persipasi Bandung Raya (PBR) di ajang Piala Jenderal Sudirman. Namun Huistra juga gagal membawa PBR lolos ke babak delapan besar di turnamen yang dioperatori oleh Mahaka Sports and Entertainment tersebut. PBR kalah bersaing dengan timk tuan rumah Grup A, Arema Cronus dan juga Persija Jakarta.