Rabu 09 Dec 2015 21:15 WIB

Kemenangan Calon Perempuan Tunjukan Kepercayaan Masyarakat

Rep: c27/ Red: Taufik Rachman
Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Tangsel Airin Rachmi Diany (kiri) dan Benyamin Davnie (kanan) usai menggelar konferensi pers terkait hasil perhitungan cepat Pemilukada Tangsel di Tangerang Selatan, Rabu (9/12). (Republika/Yasin Habibi)
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Tangsel Airin Rachmi Diany (kiri) dan Benyamin Davnie (kanan) usai menggelar konferensi pers terkait hasil perhitungan cepat Pemilukada Tangsel di Tangerang Selatan, Rabu (9/12). (Republika/Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Pemilihan kepala daerah (pilkada) telah dilaksanakn serentak di beberapa wilayah Indonesia. Hasil hitung cepat mulai bermunculan, termasuk hasil yang menunjukan 14 daerah akan dipimpin oleh perempuan.

Dengan terpilihnya 14 calon kepala daerah perempuan mengindikasikan masyarakat mulai menaruh kepercayaan berpolitik pada perempuan. Ketua Komnas Perempuan Azriana, menilai kemenangan itu menggembarkan bahwa perempuan mulai diterima untuk memimpin masyarakat seperti kepemimpinan laki-laki.

"Untuk membangun masyarakat kemampuan perempuan untuk mengambil keputusan tidak mudah," ujar Azriana saat dihubungi Republika, Rabu (9/11).

Azriana menjelaskan, masyarakat sudah terbiasa terkonstruksikan pemahamannya tentang perempuan. Dalam pemikiran umum, perempuan tidak memiliki kemampuan untuk terlibat dalam proses politik, pengambilan keputusan, dan  perempuan tidak seunggul laki-laki.

Jika pada pilkada tahun 2015 ini melahirkan 14 kepala daerah perempuan, maka hal tersebut merupakan buah dari upaya membangun kesadaran masyarakat yang cukup panjang. Tidak bisa dipungkiri perempuan sering kali dianggap tidak mampu dan tidak layak memimpin.

"Terpilihnya perempuan tidak bisa lepas atas perjuangan aktivis perempuan dan buah dari upaya pemerintah dalam arus kesamaan gender di dalam semua kebijakan dan program pemerintah," kata ketua Komnas Perempuan.

Menurutnya, hasil dari pilkada ini memang tidak akan mudah pada awalnya. Karena perlu upaya yang sistemtis dan komperhensif untuk melakukan perubahan cara pandang masyarakat bahwa laki-laki dan perempuan punya kemampuan sama sepanjang diberikan kesempatan sama.

Dia juga melihat terpilihnya 14 calon perempuan merupakan hasil dari kuota 30 persen perempuan dalan UU Pemilu. Hal ini mencoba mengintervensi secara cepat agar bisa mengejar ketertinggalan dalam politik."Tidak terlepas juga dari calon perempuan sendiri, kita tahu proses pemilu bukan proses ramah terhadap perempuan," ujarnya

Azriana meyakini, untuk dapat populer di tengah masyarakat, perempuan tidak memiliki kekuatan seperti sumber daya yang dimiliki laki-laki, terutama dalam segi finansial. Menurutnya, jika kali ini menang, berarti calon tersebut memang penuh kerja keras, dan terutama menunjukan punya kapasitas.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement