REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pascaserangan teror di Paris dan California, Muslim di Amerka Utara menghadapi serangan balasan.
Omar Suleiman, warga Valley Ranch Islamic Center di Irving, Texas itu, tengah berada di luar negeri ketika mendapat kabar mengejutkan dari istrinya.
Alamat rumah mereka baru saja dipublikasikan bersama puluhan rumah lain oleh sebuah organisasi anti Islam. Kelompok itu juga mengadakan protes bersenjata di luar Islamic Center.
Mereka mendapatkan alamat Suleiman karena ia terdaftar sebagai pembicara dalam pertemuan dewan kota, Maret silam. Waktu itu, Suleiman meminta dewan kota untuk tidak mendukung RUU yang bersikap anti-Islam.
Kini, alamat rumah yang dia tempati bersama istri dan kedua anaknya tersebar luas di internet. Bergegas Suleiman kembali terbang ke Amerika. Meskipun daftar itu akhirnya dihapus dari laman terkait, Suleiman dan istrinya ketakutan.
"Ratusan ribu orang-orang Islamophobic memiliki alamat rumah kami. Itu tak lain intimidasi," cetus lelaki itu, dilansir dari BBC, Kamis (10/12).
Retorika anti Muslim bukan hal baru di Amerika Utara. Retorika itu telah merajalela dalam pemilihan Kanada, ketika Perdana Menteri Stephen Harper yang tengah menjabat, mengungkit soal niqab dalam kampanyenya.
Kini, kecenderungan itu diam-diam kembali menggelegak dalam kampanye pemilihan Presiden AS. Sebuah jajak pendapat pada bulan September lalu menemukan, sepertiga anggota Partai Republik berpikir Islam harus dilarang.