REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keberadaan kredit pemilikan rumah (KPR) dinilai berdampak positif dalam membantu masyarakat memeroleh rumah. Namun, peranannya belum optimal dilihat dari rasionya terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia atau produk domestik bruto (PDB) yang baru mencapai 3,5 persen.
"Kita masih ketinggalan dengan Singapura yang rasio KPR terhadap PDB-nya 53 persen, Malaysia 33 persen, Thailand 19 persen, Cina 14 persen dan India 9 persen," kata Dirjen Pembiayaan Perumahan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemenpupera) Maurin Sitorus dalam acara seminar BTN outlook ekonomi, perbankan dan property 2016, Kamis (10/12).
Saat ini, ketersediaan perumahan terhadap permintaan alias backlog perumahan sudah mencapai 13,5 juta. Permintaan rumah juga terus mengalami penambahan hingga 800-900 ribu unit rumah disulut pertumbuhan penduduk dan urbanisasi.
Namun, yang bisa dipenuhi baru 400-500 ribu unit saja. Di sisi lain, masalah perumahan juga dibayangi 3,4 juta unit rumah yang tidak layak huni serta kawasan kumuh seluas 38 ribu hektare. "Kawasan ini cenderung meningkat dari tahun ke tahun," ujarnya.