REPUBLIKA.CO.ID,
JAKARTA -- Pengasuh Pondok Pesantren Ulil Albab Didin Hafidhuddin mengatakan kelahiran Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) didasarkan pada sebuah keyakinan bahwa kaum intelektual Muslim tidak hanya sekadar menjadi pengajar dan peneliti di masing-masing kampus saja. Tetapi harus terlibat langsung dalam memecahkan berbagai problem di tengah masyarakat dan bangsa.
"ICMI harus memberikan solusi dengan pengetahuan ilmiah yang dimilikinya. Apa yang sebaiknya dilakukan oleh masyarakat dan bangsa terutama para pemimpinnya dalam mewujudkan cita-cita kesejahteraan dan keadilan bagi masyarakat dan bangsa," ujar Didin kepada Republika.co.id, Kamis (10/12).
Mantan ketua umum BAZNAS ini menjelaskan, saat ini masyarakat Indonesia sedang dihadapkan dengan persoalan yang begitu berat dan pelik. Seperti ekonomi, pendidikan akhlak, moral dan bahkan kepemimpinan.
(Baca Juga: Gubernur NTB Harap Muktamar ICMI Majukan Umat).
Untuk itu, ia berharap rekomendasi yang akan dihasilkan dalam Muktamar ICMI yang digelar di Mataram Nusa Tenggara Barat (NTB) nanti betul-betul bisa diimplementasikan secara ril dan konkrit. Menurutnya, peran ICMI sebagai katalisator dan pemersatu para cendekiawan harus ditingkatkan. "ICMI juga harus menggandeng kekuatan umat dan bekerja sama dengan berbagai masyarakat," katanya.
Misalnya dalam perbaikan ekonomi dan pemberdayaan masyarakat ICMI harus bekerja sama dengan BAZNAS, LAZ, Ormas Islam dan lain sebagainya. Demikian pula dalam bidang lainnya.
"Pak Habibi pernah menyampaikan bahwa hakikat kecendikiawaan seseorang bukan pada strata pendidikan akademik semata tetapi pada keberpihakan pada masyarakat," katanya.
(Baca Juga: Ketua Umum ICMI yang Baru Diharap Bisa Membawa Angin Segar).