REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Rencana bakal calon presiden AS dari Partai Republik Donald Trump menimbulkan kepusingan besar bagi PM Israel Benjamin Netanyahu.
Pemimpin Israel, yang dikenal luas sebagai suporter Partai Republik, sebenarnya memiliki banyak kesamaan dengan Trump. Tapi pernyataan Trump yang melarang Muslim masuk AS dipandangnya terlalu kontroversial.
Netanyahu mengatakan menolak komentar Trump tersebut. Dan, Israel adalah bangsa yang menghormati semua agama.
Rencananya Netanyahu akan bertemu Trump pada 28 Desember 2015. Pertemuan itu sebenarnya tak ubahnya pertemuan Netanyahu dengan banyak kandidat presiden AS sebelumnya. Para kandidat biasanya mengagendakan pertemuan dengan Netanyahu untuk meraih pemilih Yahudi di Amerika.
Tapi pertemuan dengan Trump kali ini berbeda.
(baca: Donald Trump tak Menyesal Sebut Larang Muslim Masuk AS)
Trump berada di puncak jajak pendapat AS, meski ia berulang kali mengajukan pernyataan yang kontroversial terkait wanita, kaum Hispanik, veteran, dan Muslim. Selama tiga dekade Netanyahu menempatkan dirinya sebagai pakar dunia di bidang ekstrimis Islam. Tapi ia selalu berhati-hati membedakan kelompok ekstrimis dan umat Muslim secara keseluruhan.
"Secara umum, perdana menteri akan bahagia jika kunjungan Trump bisa dibatalkan," kata Alon Pinkas, mantan konjen Israel di New York.
Pertemuan itu dipandang akan menempatkan Netanyahu dalam posisi sulit. Bukan sebab komentar Trump terkait Muslim, Hispanik, atau wanita, tapi lebih pada apa yang akan dikatakannya saat berdiri di samping perdana menteri.
Pihak oposisi Israel Michal Rozin bahkan menggagas petisi mendorong Netanyahu mengutuk komentar rasis Trump. Juga memintanya membatalkan pertemuan dengan Trump. Sebagai 37 anggota parlemen, atau sepertiga, sudah menandatangai petisi.
"Bayangkan jika ada negara atau kandidat mengatakan Yahudi dilarang masuk. Seluruh dunia akan protes. Rasisme seperti itu tidak punya tempat diantara kita," ujar Issawi Fref dari partai oposisi Israel.
Pertemuan Netanyahu dengan Trump juga berisiko membuat Israel jauh dari sekutu Amerika. Apalagi hubungan Obama dan Netanyahu diketahui membaik. Kunjungan hangat dari Trump pun dikhawatirkan membuat hubungan Israel dan Amerika melangkah mundur, dikutip dari AP, Kamis (10/12).