REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hasil pemilihan kepala daerah (Pilkada) yang baru saja digelar kemarin (9/12) memunculkan fenomena keunggulan perempuan. Berdasarkan data perhitungan cepat terkini, Kamis (10/12) siang, ada 30 perempuan calon kepala daerah yang meraup suara terbanyak dan diprediksi kuat bakal memenangi Pilkada di daerahnya.
Menurut pengamat politik LIPI Siti Zuhro, eksistensi perempuan sebagai calon kepala daerah mulai diapresiasi para pemilih di daerah-daerah. Hal itu, menurut Siti, tidak terutama disebabkan pencitraan, melainkan terselip harapan masyarakat yang haus perubahan.
Dia mencontohkan sejumlah daerah yang terbilang sukses lantaran dipimpin perempuan. Surabaya merupakan contoh yang menurutnya cukup mengemuka. Sehingga, sosok pejawat (incumbent) seperti Risma bisa menarik harapan publik pemilih di luar Surabaya.
"Tampaknya, kehadiran perempuan dalam politik atau pilkada mulai diakui dan dipertimbangkan oleh pemilih. Salah satunya, karena bukti-bukti konkret kinerja perempuan pemimpin politik, sebagaimana ditunjukkan walikota Surabaya, Risma," kata Siti Zuhro dalam pesan singkatnya, Kamis (10/12).
Namun, dia melanjutkan, pemilih juga masih dipengaruhi faktor popularitas. Selain itu, menurut Siti, sejumlah perempuan calon kepala daerah juga masih bergantung pada faktor kekerabatan dengan figur-figur dominan di daerah.
Karena itu, perempuan yang nantinya menjadi kepala daerah diharapkan mampu membebaskan diri dari kecenderungan patronase. "Faktor popularitas dan dukungan politik kekerabatan ikut berpengaruh terhadap keterpilihan calon pemimpin perempuan."