REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Kesepakatan akhir untuk pertemuan iklim global COP21 di Paris akan segera dirilis. Kemungkinan besar kesepakatan final akan ditandatangani pada Jumat (11/12).
Para delegasi mengakhiri malam terakhir konferensi dengan membuat draft akhir untuk meluruskan hambatan-hambatan. Menteri Luar Negeri Prancis, Laurent Fabius optimis kesepakatan akan dicapai di antara para negosiator.
"Saya pikir kita akan berhasil," kata Fabius yang juga memimpin konferensi. Partisipan COP21 telah bekerja menyiapkan naskah draft sejak Rabu dan dibantu disiapkan oleh kepresidenan Prancis.
Ini menjadi momen signifikan sejak kesepakatan global pada 2011 untuk membuat strategi jangka panjang menghadapi perubahan iklim. Kesepakatan yang ditandatangani kali ini akan berlaku hingga 2020.
Pada Rabu, dokumen draft mencapai 29 halaman, lebih sedikit dari versi sebelumnya. Setelah melalui proses konsultasi, versi terbaru pada Kamis menjadi 27 halaman. Fabius mengatakan para delegasi mendiskusikannya semalaman.
Salah satu yang dibahas yaitu mengubah batas maksimal perubahan suhu dari 2,0 derajat Celcius menjadi 1,5 derajat Celcius. Beberapa delegasi dilaporkan tidak puas dengan draft pada Kamis. Mereka mengatakan ada ketidakadilan iklim.
"Negara kaya punya tanggung jawab untuk memastikan kesepatan global adil bagi semua orang, tidak hanya untuk mereka sendiri," kata Adriano Campolina dari ActionAid. Sementara negara-negara miskin harus puas dengan kekurangan.