REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- PT Industri Kereta Api (INKA) saat ini tengah mengembangkan sistem jaringan transportasi perkebunan dan pertambangan. Hal ini untuk meningkatkan efisiensi ongkos angkutan di kedua sektor tersebut.
Direktur Komersial dan Teknologi INKA Yunendar Aryo Handoko mengatakan, pengembangan ini diharapkan dapat diwujudkan dalam satu sampai dua tahun. "Saya belum bisa bicara detailnya, karena masih dalam tahap pengembangan," ujar Yunendar usai menjadi pembicara dalam Seminar Nasional Industri Penunjang Perkeretaapian di Kampus Institut Teknologi Bandung (ITB), Jumat (11/12).
Bagi perseroan, pengembangan ini berarti pasar baru untuk meningkatkan pendapatan. Bagi pelaku sektor perkebunan dan pertambangan, ini akan meningkatkan efisiensi di ongkos angkutan.
Yunendar mengatakan, pengembangan ini tidak lepas dari tingginya permintaan atas angkutan hasil produksi perkebunan dan pertambangan. Meskipun harga komoditas masih jatuh, hal ini justru menjadi potensi yang baik bagi perseroan. "Justru mereka menginginkan agar transportasinya lebih murah," katanya.
Sementara itu, Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika Kementerian Perindustrian I Gusti Putu Suryawirawan mengatakan, pusat industri penunjang perkeretaapian perlu dibentuk mengingat rencana pemerintah dalam mengembangkan transportasi massal ini. Pusat pengembangan ini nanti akan menjadi acuan bagi perusahaan yang berkaitan dengan perkeretaapian dalam memproduksi komponen dan perawatan.
Selama ini, hanya INKA dan PT Kereta Api Indonesia (KAI) yang terjun langsung dalam perawatan dan pengadaan komponen kereta. "Kita harus mengantisipasi adanya jaringan tidak hanya perawatan, tetapi juga untuk komponen kereta, karena nanti kereta tidak hanya di Pulau Jawa," kata I Gusti. Pusat industri ini akan menciptakan kemandirian industri penjunang perkeretaapian nasional.