REPUBLIKA.CO.ID, BUJUMBURA -- Sebanyak delapan orang terbunuh dalam serangan terkoordinasi pada dua barak tentara di Bujumbura, ibu kota Burundi, menurut para saksi mata dan sumber militer.
Pertempuran dimulai sekitar pukul 04.00 (13.00 WIB) saat para pelaku bersenjata berat menyerang sebuah markas di Ngagara, bagian utara kota dan sebuah institusi pelatihan militer di bagian selatan, kata seorang perwira militer tanpa menyebutkan nama.
"Setelah bentrokan terjadi selama lebih dari dua jam, militer berhasil memukul mundur serangan di bagian selatan, sementara sebenarnya seluruh penyerang terbunuh di markas Ngagara. Sejumlah orang tewas di antara penyerang, begitu pula dengan pihak kami," ujar perwira itu.
Serangan yang dilakukan di markas militer Ngagara dan di Institut Tinggi Pelatihan Militer ISCAM di Musaga dikonfirmasi oleh sejumlah saksi mata yang dihubungi lewat telepon. Semuanya menyebutkan penembakan, termasuk suara-suara senjata artileri yang dilakukan selama beberapa jam.
Pertempuran tersebut merupakan yang terburuk sejak kegagalan kudeta pada Mei, yang dipicu oleh permintaan Presiden Pierre Nkurunziza yang menginginkan jabatan untuk yang ketiga kali dan yang dia menangi pada pemilihan umum Juli.
"Saya bersembunyi di koridor rumah saya dengan istri dan anak saya," ujar Eric, seorang penduduk Musaga.
Seorang juru bicara pemerintah mengonfirmasi serangan tersebut dalam akun Twitternya. Dia menyebut penyerang tersebut sebagai "Sindumuja" yang berarti "Saya bukanlah budak", sebuah nama yang biasanya digunakan untuk menyebut para pemberontak.
Baca juga:
Pengungsi Suriah-Warga Lebanon Tegang karena Persaingan Kerja
5 Hal Paling Kasar yang Terlontar dari Mulut Trump
Polisi Oklahoma Perkosa 8 Perempuan Saat Bertugas