REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- “Penghafal Alquran akan datang pada hari kiamat, kemudian Alquran akan berkata, ‘Wahai Tuhanku pakaikanlah pakaian untuknya,’ Kemudian orang itu dipakaikan mahkota karomah (kehormatan) Alquran kembali meminta, ‘Wahai Tuhanku tambahkanlah,’ Lalu orang itu dipakaikan jubah karomah. Kemudian Alquran memohon lagi, ‘Wahai Tuhanku, ridhailah dia,’ Allah swt pun meridhaiya. Dan diperintahkan kepada orang itu, ‘Bacalah dan teruslah naiki (derajat-derajat surga). Allah swt menambahkan dari setiap ayat yang dibacanya tambahan nikmat dan kebaikan.” (HR Baihaqi)
Dari Buraidah, Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang membaca Alquran, mempelajarinya, dan mengamalkannya, maka dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari kiamat. Cahanya seperti cahaya matahari dan kedua orang tuanya dipakaikan dua jubah (kemuliaan) yang tidak pernah didapatkan di dunia. Keduanya bertanya, ‘Mengapa kami dipakaikan jubah ini?’ Dijawab, ‘Karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Alquran.”(HR Abu Daud)
Demikian gambaran balasan Allah di akhirat bagi para penghafal Alquran. Bahkan bukan hanya bagi penghafal Alquran namun juga bagi kedua orang tuanya. Mereka akan mendapatkan pancaran cahaya yang tak lain adalah pancaran cahaya Alquran.
Mengingat indahnya balasan yang Allah berikan kepada para penghafal Alquran, SMART Ekselensia Indonesia menjadikan Tahsin dan Tahfidz Alquran sebagai salah satu pelajaran yang harus diikuti para peserta didiknya.
Melalui sebuah metode yang diberi nama “Tahfidz Qur’anuna”, telah melahirkan kurang lebih 7 orang siswa penghafal Alquran untuk saat ini.
“Terdapat 10 metode menghafal Alquran dalam metode Qur’anuna ini, antara lain metode baca-lihat-contreng-cepat, selain itu ada juga metode kepala ayat”, ujar Syahid Abdul Qodir Thohir yang merupakan pengajar Tahsin-Tahfidz Qur’anuna di SMART Ekselensia Indonesia Dompet Dhuafa.
Metode yang diterapkan di SMART Ekselensia Indonesia adalah siswa dibimbing hingga mampu menghafal 5 juz terakhir dalam Alquran, setelah tuntas selanjutnya diserahkan kepada masing-masing siswa untuk menambah hafalannya.
“Pada dasarnya semua memiliki potensi dalam menghafal Alquran, sehingga apabila telah mampu menghafal 5 juz selanjutnya akan lebih mudah untuk menambah hafalannya”, pungkasnya.
Siswa yang berhasil menghafal Alquran juga mengalami peningkatan dalam kemampuan akademik. Salah satunya adalah Ahmad Basyir Najwan atau yang akrab disapa Basyir siswa kelas 3 SMP SMART Ekselensia Indonesia. Saat ini Basyir memiliki hafalan Al Quran sebanyak 18 juz serta berprestasi tingkat nasional.
Untuk dapat mencapai 18 juz, Basyir biasa memanfaatkan ‘waktu sisa’ nya di SMART untuk menghafal, Ia menargetkan hafal 1 juz dalam jangka waktu 4 hari. Tak jarang ia pun merasa kesulitan menambah hafalannya saat sedang musim ujian atau harus mengikuti Olimpiade Sains Nasional.
Metode Tahfidz Qur’anuna dirintis tahun 2004 di SMART Ekselensia Indonesia angkatan 1. Bermula dari metode membaca Alquran, dimana apabila siswa lancar membaca Alquran maka akan mudah dalam memasuki tahap selanjutnya yaitu menghafal Alquran.
Setelah menyusun 9 buku Metode Membaca Alquran, Syahid menyusun Metode Menghafal Al-Quran (tahun 2008) yang langsung diuji cobakan di salah satu sekolah Malaysia Dalam penerapannya di SMART Ekselensia Indonesia, Ustadz Syahid menggunakan metode pendekatan personal terutama kepada siswa yang sudah memiliki potensi sebagai hafidz dan siswa tersebut memiliki motivasi menghafal yang tinggi.
"Sehingga menghafal Alquran menjadi suatu kebiasaan bukan tuntutan," kata dia.