REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Pertemuan tingkat tinggi antara Korea Utara dan Korea Selatan menemui jalan buntu dan tidak membuahkan hasil positif. Terutama mengenai adanya kemungkinan meredakan ketegangan di wilayah perbatasan antara kedua negara.
Bahkan, pasca pertemuan itu tidak ada kata sepakat mengenai agenda pertemuan selanjutnya. Kepala delegasi Korea Selatan, Hwang Boo-Gi mengungkapkan, pihak Korea Utara seolah tidak pernah berniat melakukan pembicaraan serius mengenai sejumlah isu, termasuk soal kawasan industri Kaesong, yang dijalankan bersama oleh kedua negara.
Tidak hanya itu, Hwang menuding, pihak Korea Utara juga menolak ide pertemuan lanjutan, yang rencananya digelar pada pekan depan. Sebelumnya, serangkaian pertemuan setingkat wakil menteri digelar antara dua negara tersebut telah digelar selama dua hari dan selesai pada Sabtu (12/12) waku setempat.
Menurut Hwang, sebelum berbicara mengenai perdamaian, Korea Utara berharap Korea Selatan kembali membuka paket tur wisata ke Gunung Kumgang. Korea Selatan memang sempat menutup akses wisata ke Gunung Kumgang pada 2008 lantaran adanya insiden penembakan terhadap seorang turis wanita, yang diduga dilakukan oleh tentara Korea Utara.Sementara di sisi lain, Korea Selatan berharap, Korea Utara mau membuka kemungkinan adanya reuni antara keluarga yang terpisah sejak terjadinya Perang Korea. Di titik inilah dua negara tersebut tidak mencapai kata sepakat.
"Mereka berharap, perjanjian antara kami bisa terlaksana begitu tur ke Gunung Kumgang kembali dibuka. Sedangkan dari pihak kami menilai, yang terpenting sekarang adalah masalah kemanusiaan, yaitu bergabungnya kembali keluarga yang terpisah. Kami menilai dua isu itu tidak bisa disatukan bersama-sama," ujar Hwang, Sabtu (12/12).
Kantor Berita Korea Utara, KCNA, sempat menurunkan berita mengenai hasil pertemuan tersebut. Menurut KCNA, Korea Selatan gagal memahami penyelesaian dari inti masalah yang ada, seperti masalah Gunung Kumgang. "Mereka juga beralih ke pernyaatan-pernyataan yang tidak masuk akal. Sehingga pembicaraan tidak beranjak kemana-mana dan tidak mengalami kemajuan," tulis KCNA.