Senin 14 Dec 2015 00:00 WIB

Freeport dan Kisah Panjang Posisi AS di Indonesia

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Ilham
Freeport
Freeport

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat ekonomi Ichsanuddin Noorsy, menyebut keberadaan PT Freeport Indonesia yang sudah puluhan tahun menambang mineral di Papua tak lepas dari cerita panjang kepentingan Amerika Serikat di Indonesia. Selain itu, masih adanya Freeport hingga saat ini juga ditambah masih adanya keinginan Indonesia untuk tetap berada di bahwa penjajahan.

Ichsan mengisahkan, jauh sebelum Kontrak Karya pertama tahun 1967 diteken, upaya AS masuk ke Indonesia sudah muncul.

"Indikator serangan 10 November 1945, alasan sekutu. Muncul tekanan lain-lain sampai akhirnya kita menandatangani KMB (Konferensi Meja Bundar)," kata Ichsan, Ahad (13/12).  (Baca: Rizal Ramli Tuding Freeport Bisa Sembunyikan Uranium).

KMB ini kemudian melahirkan tiga hal: Indonesia harus membayar utang yang dibuat Belanda sebesar 4,2 miliar gulden, Indonesia harus menjadi anggota Dana Moneter International (IMF), dan ketiga Indonesia tetap membebaskan beroperasinya perusahaan asing yang ada di Indonesia.

Tiga poin ini lantas mengunci Indonesia dalam posisi yang lemah: utang, IMF, dan perusahaan asing. Ichsan melanjutkan, Presiden Indonesia kala itu, Soekarno lantas tak terima dengan isi perjanjian tesebut.

Menurut penuturan Ichsan, Soekarno membatalkan KMB. Soekarno tidak mau membayar utang dan tidak mau menjadi anggota IMF. Soekarno pun merasa bahwa keberadaan perusahaan asing di Indonesia justru akan memiskinan rakyat Indonesia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement