REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komite Palestina di PBB Desra mengatakan, Israel tidak mungkin menjadi negara Yahudi (Jewish state). Jika Israel tetap memaksa ingin diakui sebagai Jewish State, maka konflik Yerusalem ini akan masuk ke ranah agama.
Padahal, kata dia, Yerusalem yang merupakan bagian Palestina adalah kota suci bagi tiga agama, yaitu Islam; Kristen; dan Yahudi. "Mereka meminta Palestina mengakui Israel menjadi negara Yahudi sebagai syarat untuk mengakhiri konflik. Tidak mungkin!" kata Desra di hadapan wartawan di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa (15/12).
Menurut dia, Palestina tentu saja menolak tuntutan tersebut. Tidak terkecuali Indonesia yang enggan mengakui Israel. Bahkan, banyak negara anggota PBB yang enggan mengakui Israel karena menilai tuntutan tersebut tidak realistis.
Pihaknya khawatir jika Israel mendapat pengakuan tersebut, berarti semua penganut agama selain Yahudi harus keluar dari Israel. Padahal, di sana ada umat lain selain Yahudi. Menurut dia, upaya Israel untuk mendapat pengakuan adalah bentuk mengalihkan konflik.
Penjajahan Israel yang terus-menerus menduduki wilayah tersebut dinilai bukan konflik agama. "Jangan mengartikan konflik ini dalam pandangan agama," katanya.
International Conference On Questions of Jerusalem dilaksanakan selama dua hari, 14-15 Desember 2015. Hasilnya akan dibawa ke Sidang Umum PBB sebagai bahan masukan.