REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Belakangan politikus Amerika dan juga kandidat calon presiden Amerika Serikat Donald Trump menyerang Islam melalui sejumlah kampanye politiknya. Isu tersebut menjadi tema diskusi DPP Persatuan Ummat Islam (PUI) di Masjid al-Inabah, Jakarta Selatan, Rabu (16/12).
Hadir pada diskusi, Imam Shamsi Ali dari New York, Gubernur Jawa Barat dan Majelis Syuro PUI, Ahmad Heryawan. Ketua Umum DPP PUI H. Nazar Haris mengungkap, diskusi ini penting agar dunia internasional lebih mengenal Islam sebagai agama rahmat bukan agama penebar permusuhan.
"Islam bukan untuk dijadikan alat propaganda politik busuk dunia internasional yang membenci Islam. diskusi sangat penting sebagai respon terhadap rasialis Donald Trump. Kita (umat Islam) harus menggali lebih dalam bagaimana Islam di Amerika Serikat," paparnya dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id.
Menurutnya, dunia internasional harus lebih mengenal Islam sebagai agama rahmat dan damai. Karena itu, PUI menilai sikap rasialis menjadi dagangan politik busuk Donal Trump tidak bisa dibiarkan. Pasalnya, Amerika Serikat mampu berdampingan hidup dengan 120 ribu warga muslim.
"Itu artinya, Islam diterima oleh berbagai kalangan lintas suku, agama dan budaya,” kata dia.
Sekretaris Jenderal DPP PUI,H. Iman Budiman menambahkan, pernyataan Donald Trump yang rasialis akan semakin membuka orang untuk mengenal Islam. Donald Trump harus ingat bahwa pasca tragedi propaganda 9 September 2001 banyak warga Eropa termasuk Amerika Serikat memeluk Islam.
"Mereka bersungguh-sungguh mencari kebenaran dan hakikat Islam sesungguhnya,” kata Iman Budiman.
“Kita menghadirkan KH. Ahmad Heryawan bukan saja kapasitasny sebagai Gubernur Jawa Barat saja, tetapi beliau adalah ulama yang menjabat di pemerintahan. Beliau aktivis dakwah yang secara komprehensif bisa menjelaskan, bahwa umat Islam bisa berkiprah untuk peradaban dunia,” pungkasnya.