Rabu 16 Dec 2015 20:58 WIB

Kenaikan Suku Bunga The Fed Berpotensi Tekan Rupiah

Rep: Qommaria Rostanti/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
 Karyawati menghitung mata uang rupiah di salah satu tempat penukaran valuta asing di Jakarta, Selasa (15/12).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Karyawati menghitung mata uang rupiah di salah satu tempat penukaran valuta asing di Jakarta, Selasa (15/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rencana kenaikan tingkat suku bunga The Fed yang dprediksi terjadi bulan ini akan menyebabkan rupiah terdepresiasi kembali. Dalam jangka pendek, bukan tidak mungkin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menyentuh angka Rp 14.500.

Namun jika kenaikan tersebut bersikap gradual dan moderat maka tidak akan terlalu mengkhawatirkan karena mampu menimbulkan kepastian. “Orang akan tahu seberapa besar risiko dari kenaikan suku bunga selanjutnya,” ujar pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto kepada Republika.co.id, Rabu (16/12).

Dia memprediksi sesaat setelah kenaikan suku bunga The Fed akan ada shock dari sisi pasar valas. Namun nanti apabila pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap bagus, maka modal akan kembali lagi dan nilai tukar rupiah pun bisa kembali ke angka Rp 14.000.

Selain rupiah, dampak kenaikan suku bunga The Fed juga akan berimbas pada indes harga saham gabungan (IHSG). IHSG akan terkoreksi. Menurut Eko, pengaruh terhadap IHSG adalah hal lumrah mengingat sekecil apapun rumor pasti akan turut membuat IHSG bergerak.  “Kalau terkait suku bunga The Fed, tekanan lebih besar terjadi ke rupiah,” ujarnya.

Dolar AS akan menjadi aset yang aman mengingat tidak ada mata uang lain yang bisa mengompensasi kekayaan orang-orang yang memliki yang banyak.  Dalam jangka pendek orang-orang akan memburu dolar AS.

Eko menyebut dibanding Eropa dan Jepang, Amerika yang paling kelihatan pertumbuhan positif ekonominya. Ditambah lagi dolar AS digunakan hampir di semua semua transaksi dunia. Tidak lama lagi permintaan dolar AS akan meningkat.

Jangan dilupakan bahwa suku bunga Indonesia cukup tinggi yakni 7,5 persen sementara seandainya pun jadi dinaikkan, suku bunga The Fed masih di bawah 1 persen. Menyimpan modal di negara berkembang dengan tingkat suku bunga menarik lebih meguntungkan bagi investor.

“Tiga bulan setelah suku bunga The Fed naik, semua akan kembali modal, modal pun akan masuk lagi dengan catatan keamanan di negara berkembang harus bisa djaga termasuk Indonesia,” kata Eko.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement