REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo mengingatkan tentang bahaya kelompok ISIS di Indonesia. Aparat harus mendeteksi gerakan radikal itu jangan sampai terlambat dan memicu hal-hal yang tidak diinginkan.
“Betapa kalau kita tidak hati-hati, tidak dideteksi sejak dini, tidak sampaikan pada masyakat betapa bahaya ini. Kalau nanti menjadi sebuah kenyataan yang terlambat. Salah besar kita,” ujar Presiden saat bicara di hadapan pimpinan TNI, Rabu.
Menurut Jokowi, pendataan, pendampingan dan langkah-langkah yang kongkret untuk melakukan deradikalisasi harus terus-menerus digencarkan. Langkah pendekatan-pendekatan keamanan, baik yang tindakan keras maupun lembut, pendekatan agama, pendekatan budaya dibutuhkan untuk mengantisipasi gerakan radikal. Pencegahan dilakukan dari tingkat provinsi hingga kota.
Ia tak menampik, setiap kali pertemuan bilateral maupun konferensi internasional, isu terorisme menjadi bahasan utama. “Prioritas nomor satu selalu masalah yang selalu dibicarakan adalah terorisme. Selalu sampaikan ISIS, selalu ke sana,” ujar Presiden.
Baca juga, Obama Ancam Pemimpin ISIS, 'Anda Selanjutnya'
Jokowi juga mengingatkan masalah kemiskinan, keterbelakangan, kesenjangan sosial jika terus dibiarkan akan juga memicu terorisme. “Akan ada kemungkinan akan menjadi bahan bakar bagi tumbuhnya konflik sosial, bagi tumbuhnya paham-paham separatisme, radikalisme, ekstrimisme, dan yang lebih ke sana lagi terorisme,” ucap Presiden.