Kamis 17 Dec 2015 07:02 WIB

Bank Sentral AS Naikkan Suku Bunga Bertahap dari 0,25 Persen

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Nur Aini
The Federal Reserve Bank of New York (File)
Foto: en.wikipedia.org
The Federal Reserve Bank of New York (File)

REPUBLIKA.CO.ID,‎ NEW YORK -- Setelah tujuh tahun menjaga suku bunga mendekati nol persen, bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed) memilih untuk menaikkan suku bunganya dalam rapat FOMC, Rabu (16/12) waktu setempat. Keputusan ini menjadi sinyal tumbuhnya kepercayaan bank sentral pada perekonomian negaranya.

The Fed menaikkan target untuk tingkat dana federal (tingkat biaya bank ketika meminjamkan uang satu sama lain) sebesar 0,25 persen. Kenaikan suku bunga ini dinilai tidak akan memiliki dampak besar pada ekonomi Amerika. Tapi langkah tersebut dinilai penting karena secara luas dilihat sebagai langkah pertama rangkaian kenaikan tingkat suku bunga selama beberapa tahun.

Lewat pernyataannya seperti dilansir dari Vox.com, Kamis (17/12), The Fed mencoba memberi sinyal bahwa kenaikan itu tidak akan bergerak terlalu cepat pada tingkat kenaikan lebih lanjut. "Sikap kebijakan moneter tetap akomodatif setelah kenaikan ini sehingga mendukung perbaikan lebih lanjut dalam kondisi pasar tenaga kerja dan kembali ke inflasi 2 persen," tulis pernyataan tersebut.  

The Fed khawatir apabila pergerakan tersebut terlalu cepat maka bisa mengganggu pemulihan ekonomi yang masih rapuh. Kenaikan suku bunga ini bisa jadi tidak terlihat seperti berita besar. Namun nyatanya keputusan The Fed berdampak luas pada ekonomi AS.

Selama tujuh tahun terakhir, The Fed telah membanjiri pasar dengan uang tunai yang diharapkan akan meningkatkan perekonomian. Sekarang The Fed mulai membalikkan keadaan. Ketika The Fed menaikkan target suku bunga, maka akan membuat kelangkaan dolar AS di seluruh dunia. Kondisi ini juga mungkin mendongkrak suku bunga pinjaman lainnya seperti hipotek, kredit mobil, kartu kredit, dan sebagainya. Pada akhirnya, ini akan berdampak pada ekonomi secara luas seperti pertumbuhan tingkat ekonomi dan penciptaan lapangan pekerjaan.

The Fed khawatir menjaga tingkat suku terlalu rendah dan lama hanya akan memicu inflasi, atau mungkin 'gelembung' harga (bubble economy) lain seperti penggelembungan harga real estate yang terjadi pada 2007 dan gelembung teknologi di 1999. Dengan mulainya The Fed mengerem suku bunga sekarang, bank sentral tersebut berharap dapat mencegah efek terhadap ekonomi terlalu panas.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement