Kamis 17 Dec 2015 07:22 WIB

Gubernur The Fed Yellen Klaim Dampak Positif Kenaikan Suku Bunga

Red: Nur Aini
Janet Yellen
Foto: AP PHOTO
Janet Yellen

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Ketua bank sentral AS, Federal Reserve Janet Yellen mengakui kenaikan suku bunga The Fed bisa merugikan beberapa negara berkembang, tetapi itu menggambarkan bahwa ekonomi AS yang kuat baik untuk pertumbuhan global.

"Akan ada dampak-dampak negatif melalui arus modal, tapi ingat, ada juga dampak-dampak positif dari ekonomi AS yang kuat," kata Yellen, Rabu (16/12),  tak lama setelah mengumumkan kenaikan suku bunga pertama The Fed dalam lebih dari sembilan tahun.

Ia menilai kenaikan suku bunga tersebut akan menjadi sumber kekuatan pasar negara berkembang.

"Tindakan ini terjadi dalam konteks ekonomi AS berkerja dengan baik, dan merupakan sumber kekuatan untuk pasar negara berkembang dan negara lain di seluruh dunia," kata dia.

Setelah mempertahankan suku bunga acuan mendekati nol dalam menghadapi krisis sejak Desember 2008, The Fed meningkatkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 0,25-0,50 persen pada Rabu (Kamis pagi WIB) dan memproyeksikan kenaikan lagi sebanyak-banyaknya 1,0 persentase poin selama tahun depan.

Kenaikan itu dapat meningkatkan biaya pinjaman untuk pemerintah-pemerintah dan perusahaan-perusahaan asing dengan eksposur dolar AS yang signifikan, sekalipun banyak menghadapi pertumbuhan ekonomi lebih lambat. Sementara prospek kebijakan moneter ketat telah mendorong arus keluar modal dan mata uang jatuh di banyak negara berkembang, Yellen mengatakan langkah itu sudah diperkirakan.

"Saya pikir langkah ini telah diperkirakan dan jauh dikomunikasikan, setidaknya saya berharap bahwa itu ada. Jadi saya tidak berpikir itu merupakan kejutan. Kami telah membuat komitmen kepada para pembuat kebijakan negara-negara berkembang bahwa kami akan melakukan yang terbaik untuk berkomunikasi sejelas yang kami bisa tentang niat kebijakan kami, untuk menghindari dampak-dampak (spillovers) yang mungkin timbul dari langkah kebijakan mendadak atau tidak terduga," ungkapnya.

Dia juga mengatakan bahwa banyak negara-negara berkembang lebih kuat dibandingkan posisi mereka pada 1990-an, dan lebih baik diposisikan untuk menghadapi kebijakan pengetatan AS.

"Di sisi lain, ada kerentanan di sana, dan ada negara yang telah sangat terpengaruh oleh penurunan harga komoditas. Jadi kami akan memantau ini sangat hati-hati, tapi kami telah berhati-hati untuk menghindari dampak-dampak negatif yang tidak perlu," ujarnya. (Baca juga: Bursa AS Melesat Setelah The Fed Naikkan Suku Bunga)

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement