Kamis 17 Dec 2015 17:28 WIB

Minat Investasi Saham Syariah di Yogyakarta Tinggi

Rep: Yulianingsih/ Red: Nidia Zuraya
Saham Syariah (ilustrasi)
Foto: ecosyariah.blogspot.com
Saham Syariah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Minat investasi masyarakat  Yogyakarta dalam bentuk saham syariah cukup tinggi. Ini terlihat dari jumlah transaksi di Bursa Efek Indonesia (BEI) Yogyakarta, dimana 40 persennya merupakan transaksi di saham syariah.

"Itu bentuknya bisa sukuk atau lainnya tetapi di porsi syariah," ujar Kepala Kantor Perwakilan BEI Yogyakarta, Irfan Noor Riza, Kamis (17/12).

Menurutnya, nilai transaksi di BEI Yogyakarta mencapai Rp 250 miliar setiap bulannya. Dari total transaksi tersebut, sebesar Rp 100 miliar merupakan transaksi bursa saham syariah. "Porsinya mencapai 40 persen lebih," kata Irfan.

Jumlah nasabah investasi di BEI Yogyakarta hingga akhir November 2015 mencapai 11.943 nasabah. Jumlah ini diyakini masih akan bertambah 300-400 nasabah hingga akhir tahun ini. Jumlah investor ini naik 15 persen dibanding 2014.

"Kalau investor lebih banyak dibandingkan Solo, namun sari sisi transaksi lebih tinggi Solo. Transaksi di Yogya sebagian besar ritel," katanya.

Dari nasabah investasi di bursa ini, 30 persennya menurut Irfan adalah mahasiswa. Ini dilakukan melalui pojok bursa yang didirikan di perguruan tinggi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Ke depan pihaknya akan gencar melakukan sosialisasi investasi pasar modal ini ke guru-guru dan juga ke perguruan tinggi. "Kta juga akan masuk ke desa-desa untuk memberikan pemahaman tentang pasar modal," katanya.

Dengan langkah ini, pihaknya optimistis investasi pasar modal di Yogyakarta akan tumbuh 25 persen di 2016. Hal ini menurut Irfan penting dlakukan, agar investasi di pasar modal di Indonesia sebagian besar milik orang Indonesia. Sebab saat ini kepemilikan investasi oleh warga negara Indonesia di pasar modal dalam negeri baru 37 persen.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement