REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Pusat Studi Alquran (PSQ) Prof Dr HM Quraish Shihab mengungkapkan, ketika para tokoh Musyrik Makkah melakukan embargo ekonomi kepada Rasulullah SAW dan keluarga besar, mereka menulis piagam yang berisikan kesepakatan melarang berinteraksi dengan Nabi Muhammad SAW.
Seperti tertulis dalam buku Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW dalam Sorotan Alquran dan Hadits-hadits Shahih, Prof Dr HM Quraish Shihab menulis kesepakatan para tokoh musyrik Makkah tersebut: ''Tidak ada bantu-membantu, tidak ada jual-beli, tidak ada damai sampai pendukung-pendukung Nabi Muhammad SAW bersedia menyerahkan beliau secara suka-rela untuk dicegah berdakwah atau untuk dibunuh.''
Quraish Shihab menyebutkan, naskah kesepakatan ditulis Manshur bin 'Ikrimah menurut riwayat Ibnu Ishaq, atau Baghid bin 'Amir atau selain keduanya menurut yang lain. Siapa pun penulisnya, yang jelas naskah kesepakatan itu digantung di dalam Ka'bah sejak bulan Muharram tahun ketujuh Kenabian.
Quraish Shihab menyebutkan, naskah kesepakatan itu digantung di dalam Ka'bah setelah di-lack tiga lapis agar tidak terhapus atau disentuh tulisannya oleh tangan-tangan jahil.
Menghadapi pemboikotan dan blokade ekonomi tersebut, Abu Thalib, paman Nabi Muhammad SAW, mengajak semua keluarga besar Hasyim dan Abdul Muthallib yang Muslim mau pun yang non-Muslim, untuk bersatu pada menghadapinya. Semua sepakat menyambut ajakan sesepuh mereka, kecuali Abu Jahal.
Menurut Quraish Shihab, sebenarnya blokade ekonomi ini tidak menjadikan Bani Hasyim dan Bani Muthathalib keluar dari perkampungan mereka sebagaimana diduga sementara penulis sejarah.