REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertumbuhan industri non-migas hingga akhir 2015 diprediksi mencapai 5,5 persen, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan industri non-migas 2014 yang mencapai 5,61 persen.
"Faktor utama melambatnya pertumbuhan 2015 adalah kondisi perekonomian global yang masih melemah," kata Menteri Perindustrian Saleh Husin di Jakarta, Jumat (18/12).
Pelemahan tersebut mengakibatkan permintaan produk industri sejumlah negara berkurang, sehingga mempengaruhi ekspor barang dari Indonesia. Kondisi tersebut juga membenamkan Kemenperin mencapai target pertumbuhan industri pada 2015 yang dipatok 6,6-6,8 persen.
Menurut data Kemenperin, ekspor produk industri hingga September 2015 mencapai 81,26 miliar dolar AS, turun 7,5 persen dibandingkan periode yang sama pada 2014 sebesar 87,85 miliar dollar AS. Ekspor tersebut memberikan kontribusi sebesar 70,58 persen dari total ekspor nasional yang mencapai 115,13 miliar dolar AS.
Sementara itu, impor produk industri hingga September 2015 sebesar 81,53 miliar dolar AS, turun sebesar 12,4 persen dibandingkan periode yang sama pada 2014 sebesar 93,07 miliar dolar AS. Untuk nilai investasi, Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sektor industri hingga kuartal III 2015 mencapai Rp 63,60 triliun atau tumbuh 52,01 persen dibanding periode yang sama pada 2014 sebesar Rp 41,84 triliun.
Sedangkan, Penanaman Modal Asing (PMA) sektor industri hingga kuartal III 2015 mencapai 8,5 miliar dolar AS atau turun 16,04 persen dibanding periode yang sama 2014 sebesar 10,14 miliar dolar AS. Namun, kinerja sektor industri nasional tersebut dinilai masih lebih baik dibandingkan negara tetangga Malaysia sebesar 4,9 persen, Filipina sebesar 5,4 persen, Singapura sebesar -4,5 persen dan Thailand sebesar 0,9 persen pada periode yang sama. (Baca juga: Pertumbuhan Industri Prioritas Diyakini Membaik)