REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Ternyata, anda tak harus berteman dengan salad. Ilmuwan AS telah merilis sebuah studi baru yang mengklaim makan salad ternyata lebih buruk bagi lingkungan ketimbang makan daging.
Penelitian baru dari Universitas Carnegie Mellon yang diterbitkan dalam jurnal Environment Systems dan Decisions menyatakan anjuran saat ini yang menggabungkan lebih banyak buah, sayuran, susu dan makanan laut dalam menu makanan bisa berdampak lebih buruk bagi lingkungan.
Studi itu mengukur penggunaan energi, berapa banyak air yang dibutuhkan dan emisi gas rumah kaca yang melalui rantai makanan. Studi itu menggunakan pedoman diet AS untuk melihat pergeseran dari pola konsumsi makanan saat ini ke tiga skenario konsumsi dan bagaimana hal itu berdampak pada lingkungan.
Para peneliti melihat bagaimana pertumbuhan, pengolahan dan pengangkutan makanan, penjualan dan pelayanan, serta penyimpanan dalam rumah tangga bisa mempengaruhi lingkungan.
Peneliti Paul Fischbeck mengatakan, makan selada ternyata tiga kali lebih buruk untuk emisi gas rumah kaca ketimbang makan daging.
"Banyak sayuran umum membutuhkan lebih banyak sumber daya per kalori daripada yang Anda akan pikirkan. Terong, seledri dan mentimun terlihat sangat buruk jika dibandingkan dengan daging babi atau ayam," ujarnya.
Dalam skenario pertama, dampak produksi pangan terhadap lingkungan bisa berkurang jika masyarakat hanya makan kurang dari apa yang sudah mereka lakukan selama ini. Pergeseran dari pola makan tinggi kalori ke makanan rendah kalori- pola itu menimbulkan penurunan dalam penggunaan energi, jejak air dan emisi sebanyak 9 persen.
Baca: Kaleidoskop Juni 2015: 60 Tahun Peluru Bersarang di Tubuh, Pria Miliki 420 Batu Ginjal