REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Terdakwa Margriet Megawe mengancam Agustay Hamdamay (25) yang menjadi saksi kunci kasus pembunuhan Engeline (8) agar tidak melaporkan kejadian itu kepada anak kandungnya, Ivon dan polisi.
Dalam sidang yang mengagendakan keterangan saksi yang dipimpin langsung Ketua Majelis Hakim Edward Harris Sinaga, di Pegadilan Negeri Denpasar, Senin itu, saksi mengaku tidak berani melaporkan kejadian itu karena Margriet akan memanggil orang bayaran untuk membunuh saksi.
"Saat itu, terdakwa mengancam kepada saya agar tidak menyampaikan kepada anak terdakwa Ivon. Kalau melapor akan saya panggil orang suruhan saya untuk bunuh kamu. Sekarang, kamu ikuti perintah saya." ujarnya Agustay dalam persidangan.
Setelah saksi membantu terdakwa Margriet Megawe melakukan aksi kejamnya itu, Agustay dijanjikan terdakwa imbalan uang Rp 200 juta tunai apabila tidak melaporkan kejadian itu dan apabila ketahuan polisi, Agustay diminta Margriet untuk mengakui perbuatannya.
Saat itu, hakim bertanya kepada saksi, mengapa justru tidak melawan saat terdakwa mengancam, saksi hanya menerangkan bahwa takut dengan orang suruhan Margriet karena terdakwa tinggal di Bali tanpa keluarga.
Ia menerangkan, kejadian tersebut terjadi pada 16 Mei 2015 di dalam kamar terdakwa pada pukul 12.30 WITA dan proses penguburan korban dilakukan sejak pukul 13.00-16.30 WITA, di mana saat itu tetangga yang kos di rumah terdakwa (Handono dan Susiani) sedang keluar rumah hendak berjualan ke pasar.
"Saya diminta Margriet saat Handono dan Susiani datang ke rumah untuk menanyakan langsung keberadaan Engeline yang hilang dan jangan mengatakan Engeline sudah tewas dibunuh," katanya.
Ia menerangkan, saat itu Handono dan Susiani datang pukul 17.00 WITA setelah saksi dan terdakwa mengubur korban Engeline (8).
"Saat itu, saya diingatkan terdakawa saat bertemu Handono dan Susiani menanyakan keberadaan Engeline yang tidak ada di rumah," ujarnya.
Ia menuturkan, sebelum korban dibunuh terdakwa, Engeline sering dimarahi ibu angkatnya itu karena tidak mengerjakan tugasnya seperti memberi makan ayam, mengepel kamar terdakwa, dan bersih-bersih rumah.
"Saya sering melihat korban dicubit terdakwa hingga kebiruan. Korban pernah dimarah dan dipukul ibu angkatnya itu saat ayam Margriet hilang," ujarnya.
Saat kejadian pembunuhananya itu, saksi sempat bertanya kepada terdakwa terkait apa masalahnya korban disiksa seperti itu, namun Agustay justru dibentak Margriet agar tidak banyak ikut campur.
Saat itu, reaksi korban tidak ada gerakan, sebelum itu mendengar suara korban menangis Pukul 10.00 WITA saat itu saya di dalam kamar. "Yang saya dengar korban mengatakan mama lepas, Ma, cukup, Ma," katanya.