REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelaku tindak kriminal dinilai tidak pernah kapok meski sudah masuk penjara. Karena menurut Sosiolog dari Universitas Indonesia, Bambang Widodo, beberapa penjahat setelah keluar dari penjara justru lebih lihai dalam melakukan tindak kejahatan.
"Misalkan, dari pencopet lalu dia bertemu dengan perampok. Ya, ilmunya diambil," ujar Bambang di Jakarta, Selasa (22/12).
Widodo mengatakan, faktor yang mempengaruhi tingginya angka kejahatan di antaranya adalah pengangguran. Sebab, kata dia, tidak sedikit yang memiliki ijasah S1 atau S2, masih banyak yang menganggur.
"Karena sulitnya mencari lapangan pekerjaan," ujar dia. "Apalagi untuk mereka yang menjadi para residivis. Tanpa keterampilan khusus dan pendidikan yang memadai, akhirnya mereka memilih jalan pintas. Seperti kejahatan konvensional yang kerap menghantui di wilayah perkotaan. Sebab pelatihan di dalam penjara terkesan tidak maksimal atau sungguh-sungguh," kata dia memaparkan.
Apalagi menurut dia, Jakarta menjadi target karena di daerah ruang gerak sulit. "Sebab di Jakarta, banyak objek yang dapat ditargetkan, berbeda dengan daerah yang ruang geraknya sedikit," ucap dia.
Guna menekan angka kriminalitas konvensional, ia menyarankan aparatur keamanan bisa saling berkoordinasi. "Polri harus sistemik, sehingga satpam, Koramil dan warga dapat terlibat," kata dia.