REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, menemukan 4.280 lembar uang palsu pada periode Januari hingga November 2015. Penemuan itu lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 4.733 lembar.
"Temuan itu juga menunjukkan bahwa masyarakat sudah semakin mengenali uang palsu dan kami aktif sosialisasi keaslian rupiah," kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Dewi Setyowati di Denpasar, Selasa (22/12).
Menurut dia, sebagian besar temuan uang palsu itu didapatkan dari laporan masyarakat kepada bank sentral itu. Kebanyakan temuan uang palsu itu berdasarkan pecahan terbesar Rp 100 ribu kemudian disusul pecahan Rp 50 ribu dan Rp 20 ribu.
Uang Rupiah, kata dia, telah dilengkapi sejumlah alat pengamanan yang tinggi di antaranya benang pengamanan dan tinta tiga dimensi yang bisa berubah warna. Selain itu, pada lembaran uang asli, dilengkapi juga dengan beberapa tanda yang terasa kasar apabila diraba dan adanya tanda khusus bagi penyandang tuna netra.
Tak hanya itu, ada juga tanda air pada gambar pahlawan dan gambar saling isi lambang BI pada cetakan gambar muka dan belakang lembaran uang. Untuk lebih mengaktifkan sosialisasi ciri-ciri keaslian rupiah (cikur), BI tidak hanya menyasar masyarakat umum tetapi juga kalangan mahasiswa dan pelajar.
BI gencar menggelar sosiasialisasi ke beberapa universitas di Denpasar, pegawai negeri sipil di sejumlah instansi, perbankan hingga kasir-kasir pasar swalayan. Bank sentral di Pulau Dewata itu juga mengeluarkan inovasi edukasi Rupiah pada aplikasi Android dengan menekankan 3-D atau 'dilihat, diraba dan diterawang'.
"Hampir semua orang kini menggunakan telepon pintar Android. Jadi inovasi ini saya harapkan memudahkan masyarakat mengenali keaslian rupiah," katanya.