REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan asing mendominasi proyek listrik 35 ribu megawatt (MW). Para pengembang asing dari Jepang, Cina, Amerika, dan Eropa mengantongi kontrak dengan nilai 20 miliar dolar AS atau Rp 280 triliun.
Direktur Utama PT PLN (Persero), Sofyan Basir mengatakan, para pengembang yang datang ke Istana Negara ke hadapan Presiden Joko Widodo adalah para pengembang dan kontraktor terpilih melalui seleksi ketat dan transparan. ''Mereka berasal dan membawa teknologi terbaru dari berbagai negara di antaranya, Jepang, Cina, Amerika, dan Eropa,'' kata dia, Istana Negara, Jakarta, Selasa (22/12).
Menurut Sofyan, para pengembang dan kontraktor terpilih itu memegang kontrak dengan nilai sekitar 20 miliar dolar AS atau Rp 280 triliun. Angka tersebut, merupakan nominal yang sangat besar untuk ukuran investasi di Indonesia yang diupayakan oleh satu perusahaan dalam negeri.
Sofyan melaporkan, tingkat keberhasilan pembangunan pembangkit listrik oleh swasta di bawah 50 persen. Berdasarkan pengalaman itu, para pengembang diseleksi secara ketat.
Pada Senin (21/12) kemarin, telah ditandatangani kontrak perjanjian jual beli listrik dan EPC sebesar 8.040 MW. Alhasil, akumulasi kontrak yang ditandatangani telah mencapai 17.340 MW yang sebaran mencakup hampir seluruh wilayah Indonesia. Hal itu, termasuk pembangungan PLTD di daerah terluar dan terpencil di Indonesia yang telah diresmikan Presiden pada Agustus 2015.
Dia menuturkan, dari total kontrak 17.340 MW pembangkit listrik yang ditandatangani, 4.291 MW menggunakan energi baru terbarukan. Selebihnya, menggunakan batubara dengan jumlah kapasitas mencapai 13.049 MW.
Pilihan itu, merupakan optimasi dari ketersediaan energi primer yang ada di negara kita serta memanfaatkan potensi energi primer di masing-masing lokasi.