REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada situasi anomali, pemerintah kemarin mengumumkan adanya penurunan harga bahan bakar minyak (BBM). Premium RON 88 menjadi Rp 7.150 per liter dan solar menjadi Rp 5.950 per liter.
Namun seharusnya harga BBM bisa lebih murah dari angka tersebut. Pengamat ekonomi politik Ichsanuddin Noorsy menghitung dengan harga minyak WTI 37 dolar AS dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS Rp14 ribu, maka harga RON 88 adalah Rp 4.250 perliter, sudah dengan memperhitungkan keuntungan 25 hingga 30 persen.
"Jika dibebani lagi dengan dana ketahanan energi dan energi terbarukan, jelas harga RON 88 tidak lebih dari Rp 4.500 per liter," ujarnya, semalam. Menurut dia, kebijakan seperti inilah yang memberi kesan ke pemilik modal global bahwa pemerintahan sekarang lebih berpihak ke pemodal sebagai wujud menarik investasi asing.
Indonesia dianggap hendak mengambil manfaat dari rivalitas AS dengan Cina. Namun nyatanya proyek kereta api cepat dan sejumlah investasi infrastruktur lain yang dilaksanakan Cina malah menunjukkan rentannya ekonomi politik bebas aktif yang diamanahkan konstitusi. Itu sebabnya pada 2016, Ichsanuddin memproyeksikan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di kisaran Rp 14.000 Hingga Rp 14.500.
"Saya kira ini akan membangun sikap waspada rakyat agar mengantisipasi kualitas kerentanan ekonomi dan politik pada 2016," ujarnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, pemerintah akhirnya menurunkan harga BBM premium dan solar. Harga premium menjadi Rp 7.150 per liter dan solar menjadi Rp 5.950 per liter. Sebelumnya, harga premium Rp 7.400 per liter, sedangkan harga solar Rp 6.700 per liter. Harga baru tersebut mulai berlaku pada 5 Januari mendatang.