Jumat 25 Dec 2015 00:22 WIB

Peringati Maulid Nabi, 4 Keraton di Cirebon Gelar Panjang Jimat

Rep: Lilis Handayani/ Red: Bayu Hermawan
Keraton Kasepuhan Cirebon (ilustrasi)
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Keraton Kasepuhan Cirebon (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Empat keraton di Cirebon menggelar acara panjang jimat, dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, pada Kamis (24/12) malam. Ribuan warga dari berbagai daerah memadati keempat keraton tersebut.

Adapun keempat keraton itu, yakni Keraton Kasepuhan, Kanoman, Kacribonan dan Kaprabonan. Di empat keraton tersebut, acara panjang jimat yang merupakan puncak rangkaian peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW diisi dengan tradisi yang telah berlangsung turun temurun. Yakni berupa arak-arakan/kirab benda pusaka milik keraton dan nasi jimat, dari dalam keraton menuju masjid/langgar setempat.

Di Keraton Kaprabonan, rangkaian prosesi panjang jimat diawali dengan penyerahan pusaka Pangeran Jagasatru, yang berasal dari sekitar abad 16-17, dari Sultan Kaprabonan X, Pangeran Raja Hempi Raja Kaprabon kepada senopati.

Selanjutnya, senopati Keraton Kaprabonan memimpin kirab benda pusaka itu mengelilingi sejumlah ruas jalan di sekitar keraton dan kembali ke Tajug Agung Keraton Kaprabonan. ''(Yang membedakan panjang jimat di Keraton Kaprabonan dengan tiga keraton lainnya), kirab dibawa hingga keluar kompleks keraton,'' jelas Sultan Kaprabonan X, Pangeran Raja Hempi Raja Kaprabon.

Di Tajug Agung Keraton Kaprabonan, kemudian diadakan pembacaan doa, salawat dan barzanzi.  Sementara itu, di Keraton Kasepuhan, Kanoman dan Kacribonan, prosesi malam panjang jimat juga diisi dengan arak-arakan berbagai benda pusaka dan nasi jimat. Sedangkan di Keraton Kasepuhan, arak-arakan diawali dari Bangsal Prabayaksa menuju Langgar Agung Keraton Kasepuhan.

Sekitar 41 tokoh dari Afrika Selatan turut menghadiri kegiatan di Keraton Kasepuhan tersebut. Mereka ingin mengetahui tradisi peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Indonesia, khususnya di Cirebon.

Sultan Sepuh XIV, PRA Arief Natadiningrat mengungkapkan, rangkaian peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW atau yang dikenal dengan istilah muludan, merupakan peristiwa tradisi budaya khas Indonesia untuk memperingati lahirnya Nabi Muhammad SAW.

''Acara panjang jimat ini pun menjadi kesempatan berbaurnya para pejabat dan tokoh masyarakat dengan rakyatnya,'' ujar Sultan.

Pada tahun ini, panjang jimat terasa sangat istimewa karena diperingati sebanyak dua kali. Yaitu 3 Januari 2015 dan 24 Desember 2015. Hal itu terjadi akibat perbedaan kalender masehi dan hijriah.

Lebih lanjut Sultan menjelaskan, ajang muludan juga menjadi tempat mencari nafkah bagi para pedagang kecil mikro dari berbagai daerah. Diperkirakan ada 1.000 pedagang yang selama sebulan terakhir berjualan di sekitar kompleks Keraton Kasepuhan.

''Muludan bisa menggerakkan ekonomi kerakyatan yang mensejahterkan masyarakat,'' katanya.

Tak hanya itu, Sultan menambahkan muludan merupakan potensi pariwisata budaya terbesar di Jawa Barat. sedikitnya 200 ribu wisatawan telah mengunjungi muludan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement