Sabtu 26 Dec 2015 15:37 WIB

Bedanya Tahmid Orang Awam dan Khawas

Belajar bersyukur (Ilustrasi)
Foto: Youtube
Belajar bersyukur (Ilustrasi)

Oleh: Nasaruddin Umar, Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah

 

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam pandangan tasawuf tahmid lebih dalam daripada syukur (tasykur). Syukur masih dikaitkan dengan perhitungan dan penilaian.

Ayat yang sering digunakan untuk melegitimasi pandangan seperti ini ialah: "Jika kalian mensyukuri nikmat-Ku maka niscaya Aku akan menambahkan kalian."  Ayat ini banyak dipahami orang bahwa jika kita mensyukuri nikmat yang dikaruniakan Allah kepada kita lantas kita syukuri dengan cara mengeluarkan hak-hak orang lain yang dititipkan Allah SWT melalui rezeki itu, maka niscaya Allah SWT akan melipatgandakan harta itu.

Walaupun jika diteliti secara mendalam redaksi yang digunakan ayat itu dhamir-nya merujuk kepada sang pemilik nikmat, bukannya nikmat itu sendiri. Lebih tepat ayat itu dipahami: Jika kalian mensyukuri nikmat-Ku niscaya akan Aku tambahkan (kapasitas) diri kalian.

Meskipun secara nominal nikmat itu berkurang tetapi karena kapasitas diri atau dada kita dilapangkan Allah SWT maka  yang sedikit itu terasa banyak dan lebih berkah.

Tahmid  sudah melewati perhitungan dan angka-angka yang bersifat fisik. Tahmid sudah identik dengan penyerahan diri secara total kepada Allah SWT. Kehadiran nikmat itu sendiri tidak pernah menjadi prioritas dan jarang diminta dalam bentuk al-du'a bi al-lisan.

Mungkin karunia yang bersifat material diperoleh dari Allah SWT melalui al-du'a bi al-hal, Allah SWT yang menilai bahwa hamba-Nya sesungguhnya memerlukan karunia dan nikmat itu. Di sinilah bedanya Antara tahmid orang awam dan tahmid orang khawas. Orang awam selalu berdoa memohon kenikmatan hidup sedangkan tahmid/ orang khawas selalu meminta kedekatan diri dengan Tuhannya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement