REPUBLIKA.CO.ID, DIYARBAKIR -- Kelompok Kurdi bersenjata pada Sabtu (26/12) mengaku bertanggung jawab melakukan ledakan di dekat pesawat di bandara Sabiha Gokcen di Istanbul, Turki. Peledakan menewaskan petugas kebersihan.
"Kami mengklaim serangan yang dilakukan oleh bom mortir di bandara Sabiha Gokcen di Istanbul, Rabu (23/12)," ujar Freedom Falcons of Kurdistan (TAK) mengatakan di situsnya seperti dikutip dari laman Al Arabiya, Ahad (27/12).
Petugas kebersihan bandara Zehra Yamac (30 tahun), meninggal karena luka kepala beberapa jam setelah ledakan di landasan di bandara tersebut. Korban terluka juga petugas pembersih.
Serangan itu terjadi saat Turki melakukan serangan habis-habisan terhadap Partai Pekerja Kurdistan (PKK). PKK melakukan pemberontakan bersenjata melawan negara Turki pada tahun 1984. Awalnya PKK berjuang untuk kemerdekaan Kurdi, namun kemudian menekan otonomi lebih besar bagi etnis minoritas di negara itu.
Para pejabat Turki mengatakan TAK adalah fron serangan PKK pada target sipil. PKK mengklaim TAK adalah kelompok sempalan di mana ia tidak memiliki kendali. Dalam situsnya, TAK mengecam koalisi perang antara Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan kelompok militan Negara Islam melawan Kurdi.
Kelompok ini juga mengatakan, serangan bandara adalah respon terhadap serangan fasis yang mengubah kota Kurdi menjadi reruntuhan. Kelompok bersenjata itu mengklaim serangan itu telah menimbulkan kerusakan serius bandara dan lima pesawat yang rusak berat.